Selamat datang di situs CV. Mandiri Kreatif

CV. MANDIRI KREATIF adalah sebuah perusahaan yang didirikan di Kota Bandung pada tanggal 18 Februari 2010. Perusahaan ini bergerak dalam perdagangan barang dan jasa. CV. MANDIRI KREATIF telah banyak mendapatkan proyek-proyek pemerintah dan swasta. Komitmen kami adalah memberikan kualitas layanan terbaik, yang menjadi motivasi kami dalam mencapai prestasi untuk menjadi mitra di bidang pengadaan barang dan jasa yang berkualitas. Sejarah usaha kami selalu mengembangkan sumber daya manusia dan mencari inovasi baru dalam meningkatkan mutu kerja didukung peningkatan sarana produksi hingga pendukung usaha lainnya.

Jumat, 17 Agustus 2012

Bersyukur

 

jangan mengeluh dalam hidup....
tapi jalanilah hidup ini...
dan terus bersyukur kepada alloh....
karena dengan bersyukur kepada alloh.
maka akan di tambahkan nikmatnya dalam mengarungi hidup ini...


3 Alasan Jokowi Tak Pantas Jadi Gubernur DKI

 




Setelah pendaftaran calon gubernur senin lalu, Fauzi Bowo ternyata tidak terlebih dahulu mengambil nafas. Setelah perjuangan panjang mencari wakil, ia langsung menyerang lawan-lawan politik. Dan diluar dugaan, yang diserang pertama adalah Ir. Joko WIdodo, bukan Alex Noerdin. Memang, Jokowi adalah orang yang membuat skenario besar Foke hancur.


Ir. Joko Widodo, sesuai dengan isu yang dihembuskan oleh Foke, dianggap tidak pantas menjadi Gubernur DKI karena tiga hal. Pertama, dia bukan warga DKI Jakarta, yang berarti dia tidak kenal dengan Jakarta. Argumennya adalah, Jakarta akan diacak-acak. Kedua, Jakarta berbeda dengan Solo, jauh lebih besar. Tidak ada jaminan Jokowi akan mampu mengulang prestasinya di Solo di DKI Jakarta. Ketiga, Jokowi adalah pemimpin yang tak punya integritas, meninggalkan amanah rakyat di Solo untuk mencari-cari jabatan. Ambisius dan politisi kutu loncat. Nah, mari kita bahas satu persatu.
Untuk isu pertama, masalah kekenalan dan status Jokowi sebagai non warga DKI Jakarta. Hal ini sebenarnya udah saya singgung juga di tulisan sebelumnya, tentang identitas pluralitas dan keterbukaan Jakarta. Sejarah membuktikan, tidak pernah ada masalah dengan hal tersebut. Jakarta dibangun oleh mereka yang mempunyai visi masa depan untuk Jakarta, bahkan sebagian besar (hampir semua) bukan berasal dari Jakarta itu sendiri. Yang terpenting adalah visi dan keteguhan untuk membangun Jakarta.
Bahkan untuk Jokowi, jika ketidakkenalan yang dimaksud berkaitan dengan harapan untuk Jakarta. Dengan Jokowi,kita akan mempunyai pemimpin yang mempunyai standar yang tinggi. Dari pada berharap pada Fauzi Bowo yang ahli dan kenal, namun mengatakan “hopeless untuk mengubah ibu kota” karena masalahnya sudah parah dan menyalahkan pendahulu, lebih baik kita mengimpor pemimpin dengan visi yang jelas dan tidak punya excuse untuk hal tersebut. Jokowi sebagai pemimpin selama ini memang dikenal dengan etos kerja yang tinggi, satu jam di kantor dan sisanya di lapangan.
Terkait dengan ketidakkenalan masalah dan budaya Jakarta, hal ini perlu diluruskan kembali. Anda bisa tanyakan kepada ahli-ahli perkotaan, seperti Marco Kusumawijaya misalnya, untuk menguji pernyataan Jokowi bahwa masalah perkotaan dimana-mana itu sama saja, yang membedakannya hanya besar kecilnya saja. Jika suatu masalah bisa diselesaikan Jokowi di Solo dengan skop kecil, maka berarti masalah yang sama bisa diselesaikan dengan skop besar. Kenapa?, karena yang terpenting dari pemimpin adalah visi dan pendekatannya. Jangan anda bayangkan Jokowi mengatur DKI dengan membawa birokrasinya (yang kecil) dari Solo. Dia tentu akan memakai SDM birokrasi di Jakarta, yang tentu lebih besar dan lebih baik untuk mengurus Jakarta. Namun birokrasi ini dibersihkan dan sudah mempunyai visi pemimpinnya, yang tentu lebih powerful.
Terkait budaya, sekali lagi, budaya Jakarta bukanlah budaya betawi saja. Budaya Jakarta adalah pluralitas, penghargaan terhadap perbedaan (seharusnya), dan budaya ini sudah mengarah pada arah yang benar menuju Jakarta sebagai kota Besar Internasional. anda bisa tanyakan ini langsung kepada Ridwan Saidi, budayawan betawi. Saya pernah berdiskusi pribadi dengan beliau, dan menurutnya jika seseorang sudah memiliki jiwa keterbukaan sekaligus tahu diri, maka dia sudah menyelami jiwa Jakarta.
Alasan yang kedua, bahwa Jakarta jauh lebih besar dari Solo. Hal ini sebenarnya sudah disinggung juga di alasan pertama, tentang besar kecilnya masalah. namun untuk lebih jelasnya, dan bisa menjawab makna kepemimpinan, proses lahirnya pemimpin.
Pemimpin tidak serta merta diciptakan dan tiba-tiba bisa memimpin. Ada proses-proses yang harus dilalui. Untuk menjadi pemimpin perusahaan misalnya, atau pemimpin Redaksi koran, anda pertama-tama mungkin beranjak dari karyawan kecil/reporter. kemudian naik (jika berprestasi) jadi manager/redaktur, jika berprestasi lagi naik jadi direktur dan selanjutnya sampai menjadi CEO/Direks/Pemred. Inilah proses sistem alami pengkaderisasi pemimpin dimana jika seseorang berprestasi di tingkat yang lebih kecil dia berhak mendapat promosi skup yang lebih besar. Ini alamiah. Menghalang-halangi ini seperti melawan hukum alam. Anda sama saja dengan membunuh potensi perusahaan, dengan tetap menahan seorang sarjana menjadi tukang ketik, meskipun kapabilitasnya sudah bisa jadi manajer bukan?
Sekarang kita tengok diri sendiri, siapa diri kita sekarang, apakah anda seorang karyawan, seorang manajer, seorang buruh atau mahasiswa? adakah mimpi untuk jadi lebih maju, mempunyai mimpi menjadi CEO atau jabatan yang lebih tinggi. Jika anda bilang anda punya, dan suatu saat anda pasti bisa, maka hak yang sama ada untuk Joko Widodo. Yang berprestasi layak untuk promosi.
Alasan ketiga, Integritas dan meninggalkan masa jabatan. praktis jika kita melihat calon dari partai (dan ingat partai di pemilukada DKI hanya menyodorkan kader yang menurut mereka berhasil), hanya Fauzi Bowo yang diuntungkan dari isu ini. Alex Noerdin meninggalkan pemilihnya di Sumsel, Jokowi meninggalkan pemilihnya di Solo, dan Hidayat Nur Wahid (garisbawahi) adalah anggota DPR yang juga meninggalkan konstituennya. bahkan untuk HNW jauh lebih parah, karena jika mundur ia akan digantikan oleh orang lain, sementara jika walikota/gubernur masih digantikan wakilnya yang masih dipilih rakyat dengan jumlah suara yang sama.
Alasan ketiga tentu masih berkorelasi dengan alasan kedua, dimana yang berprestasi layak dapat promosi. Namun alasan yang dicari-cari ini diperburuk dengan melibatkan masyarakat Solo dan Sumsel. Rakyat Solo diadu domba dengan rakyat Jakarta. Negara macam apa ini. Kita harus ingat bahwa Jakarta adalah ibukota, etalase bangsa, jika Jakarta buruk maka buruklah Indonesia di mata internasional. Jakarta milik bangsa ini, bukan milik warga Jakarta saja. Apa salahnya mengangkat orang dari luar Jakarta untuk mengatur Jakarta, dan bersaing dengan pemimpin yang dilahirkan harfiah oleh Jakarta?
Justru kita harus salut dengan masyarakat Solo (mungkin juga Sumsel), yang merelakan pemimpinnya untuk memperbaiki bangsa. Dan yang seharusnya girang dan bersyukur adalah masyarakat Jakarta sendiri, bukan malah bersikap anti pati dan termakan isu-isu yang menyesatkan.
Tiga alasan yang disampaikan untuk menghalangi Joko Widodo, menurut saya terjawab sudah, hanya sebagai alasan yang dibuat-buat politisi. Dan dimakan dengan baik oleh masyarakat yang belum terbuka hatinya. Jika memang ada alasan lain, saya akan dengan senang hati untuk ikut memikirkan dan merevisi lagi tulisan ini.
Tapi sejauh ini jika ada yang bilang Jokowi tidak pantas jadi Gubernur DKI, saya akan tanyakan.
Kenapa lagi?

Basuki Tjahaja Purnama (Zhong Wan Xie/Ahok)














Nama                              : Basuki Tjahaja Purnama (Zhong Wan Xie/Ahok)
Tempat/tanggal lahir    : Manggar, Belitung Timur, 29 Juni 1966
Istri                                  : Veronika (34)
Anak :
  1. Nicholas (14)
  2. Nathania (11)
  3. Daud Albeenner (6)
Ayah : Indra Tjahaja Purnama (alm)
Ibu : Buniarti Ningsih
Saudara/i:
  1. Basuri T Purnama, dokter, Bupati Belitung Timur
  2. Fifi Lety (praktisi hukum)
  3. Harry Basuki (konsultan pariwisata dan perhotelan).
Pendidikan :
  • SD Negeri No 3 Gantung, 1977
  • SMP Negeri No 1 Gantung, 1981
  • SMA III PSKD Jakarta, 1984
  • S2 (magister manajemen) dari Jurusan Manajemen Keuangan di Universitas Prasetya Mulya (lulus 1993)
  • S1 (insinyur) Jurusan Teknik Geologi Fakultas Teknologi Mineral Universitas Trisakti, Jakarta (Lulus 1989)
Karier :
  • 2005-2010, Bupati Belitung Timur, Provinsi Bangka Belitung
  • 2009-2014, Anggota Komisi II DPR RI dari Fraksi Partai Golkar
  • 1989, Setelah menggondol gelar insinyur, Ahok mendirikan PT Panda di Belitung Timur yang bergerak di bidang kontraktor pertambangan PT Timah
  • 1993-1995, bekerja pada PT Simaxindo Primadaya di Jakarta setelah menggondol gelar magister keuangan. Perusahaan ini bergerak di bidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik. Ahok mendapat posisi staf direksi bidang analisa biaya dan keuangan proyek. Ia di Jakarta hingga 1995 sebelum memutuskan kembali ke kampung halaman untuk kembali mengurusi perusahaannya.
  • 1992, mendirikan PT Nurindra Eka Persada, persiapan pembangunan pabrik pengolahan pasir kwarsi pertama di Belitung. Rencana ini direalisasikan pada tahun 1994. Pembangunan ini juga menjadi cikal bakal pengembangan Kawasan Industri Air Kelik (Kiak).
  • 2004, hadir perusahaan Korea di KIAK yang mendirikan pabrik peleburan timah.

Karier Politik :
  • 2004, bergabung dengan Partai Perhimpunan Indonesia Baru (PIB) yang didirikan ekonom (alm) Syahrir. Ia menjabat sebagai Ketua DPC PIB Belitung Timur. Ahok ikut bertarung dalam Pemilu Legislatif 2004. Ia lolos dan menjadi anggota DPRD Belitung Timur Periode 2004-2009.
  • 2005, Ahok memutuskan untuk ikut dalam bursa Pilkada Belitung Timur. Berpasangan dengan Khairul Effendi dari Partai Nasionalis Banteng Kemerdekaan (PNBK), keduanya sukses memenangkan pertarungan dengan meraup 37,13 persen dukungan warga. Ahok pun menjabat Bupati Belitung Timur definif pertama untuk periode 2005-2010.
  • Tahun 2007, ia ikut bersaing sebagai calon gubernur dalam Pilkada Bangka-Belitung. Namun, kali ini ia belum berhasil.
  • 2009, ikut Pemilu Legislatif sebagai calon anggota DPR RI dari Partai Golkar. Ia berhasil memenangkan pilihan warga meski sebelumnya hanya ditempatkan sebagai calon nomor urut 4. Ia kemudian melangkah ke Senayan dan duduk sebagai anggota Komisi II DPR.
Penghargaan :
  • 2007, dinobatkan sebagai Tokoh Antikorupsi dari unsur penyelenggara negara oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan, Kadin-Kementerian Negara Pendayagunaan Aparatur Negara-Masyarakat Transparansi Indonesia.
  • 2008, dinobatkan sebagai 10 Tokoh yang Mengubah Indonesia oleh Majalah Tempo.

Prestasi khusus:
  • Saat menjadi Bupati Belitung Timur, ia mengalihkan tunjangan jabatan pejabat untuk program pendidikan dan pelayanan kesehatan gratis bagi warga.
  • Ahok juga menata manajemen pemerintahan kabupaten yang transparan dan bersih dalam penggunaan anggaran negara.
  • Saat menjadi wakil rakyat, dia termasuk tokoh yang berintegritas dalam hal menyuarakan aspirasi dan menjelaskan proses legislasi. Seluruh perkembangan diulasnya secara transparan dan dapat diakses publik melalui situs pribadinya.

Profil JOKOWI








Nama                              : H.Joko Widodo (Jokowi)
Tempat/tanggal lahir    : Surakarta, 21 Juni 1961
Isteri                                : Iriana
Anak :
  1. Gibran Rakabuming (25), lulusan Universitas di Australia dan Singapura
  2. Kahiyang Ayu (21), mahasiswi Universitas Negeri Sebelas Maret
  3. Kaesang Pangarep (17), pelajar di Singapura
Pendidikan:
  • SDN 111 Tirtoyoso, Solo
  • SMPN 1 Solo
  • SMAN 6 Solo
  • Fakultas Kehutanan UGM (lulus tahun 1985)
Penghargaan :
Penghargaan Personal
  • 10 Tokoh di Tahun 2008 oleh Majalah Tempo
  • Universitas Negeri Sebelas Maret Surakarta Award
  • Bung Hatta Anticorruption Award (2010)
  • Charta Politica Award (2011)
  • Wali Kota teladan dari Kementerian Dalam Negeri (2011)

Kota Solo di Masa Kepemimpinan Jokowi:
  • Kota dengan Tata Ruang Terbaik ke-2 di Indonesia
  • Piala dan Piagam Citra Bhakti Abdi Negara dari Presiden Republik Indonesia (2009), untuk kinerja kota dalam penyediaan sarana Pelayanan Publik, Kebijakan Deregulasi, Penegakan Disiplin dan Pengembangan Manajemen Pelayanan
  • Piala Citra Bidang Pelayanan Prima Tingkat Nasional oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara Republik Indonesia (2009)
  • Penghargaan dari Departemen Keuangan berupa dana hibah sebesar 19,2 miliar untuk pelaksanaan pengelolaan keuangan yang baik (2009)
  • Penghargaan Unicef untuk Program Perlindungan Anak (2006)
  • Indonesia Tourism Award 2009 dalam Kategori Indonesia Best Destination dariDepartemen Kebudayaan dan Pariwisata RIbekerjasama dengan majalah SWA.
  • Penghargaan Kota Solo sebagai inkubator bisnis dan teknologi (2010) dari Asosiasi Inkubator Bisnis Indonesia (AIBI)
  • Grand Award Layanan Publik Bidang Pendidikan (2009)
  • 5 kali Anugerah Wahana Tata Nugraha (2006-2011) - Penghargaan Tata Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Umum
  • Penghargaan Manggala Karya Bhakti Husada Arutala dari DepKes (2009)
  • Kota Terfavorit Wisatawan 2010 dalam Indonesia Tourism Award 2010 yang diselenggarakan Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata.
  • Pemerintah Kota Solo meraih penghargaan kota/kabupaten pengembang UMKM terbaik versi Universitas Negeri Sebelas Maret alias UNS SME's Awards 2012
  • Penghargaan dari Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono sebagai salah satu kota terbaik penyelenggara program pengembangan mewujudkan Kota Layak Anak (KLA) 2011.
  • Penghargaan Langit Biru 2011 dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk kategori Kota dengan kualitas udara terbersih
  • Penghargaan dari Presiden Susilo Bambang Yudoyono dalam bidang Pelopor Inovasi Pelayanan Prima (2010)

SELAMAT IDUL FITRI





Perbaikan Jalan

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More