Kesuksesan Tidak Cukup Waktu Instan
Mungkin banyak diantara kita yang berambisi ingin kaya sehingga mencari cara-cara yang instan. Walaupun dengan cara yang haram tetap saja diterjang.Ada juga yang terjebak pada “
Saking semangatnya sehingga tidak berfikir untung rugi dibelakangnya. Diantaranya ada yang sudah terlanjur keluar kerja, dibela-belain menghutang kesana-kemari belum lagi utang Bank ribawi ternyata usahanya tidak sesuai yang diharapkan. Anak dan istripun menjadi korban.
Kalau kita hanya menangkap enaknya sebuah hidup sukses, tanpa melihat “proses” yang berdarah-darah bisa jadi akan kena getahnya.
Cobalah kita tengok kisah yang kemarin hari diposting di halaman Pengusaha Muslim Indonesia tentang kisah perjuangan seseorang yang membutuhkan proses tidak sebentar. Kisah ini akan merubah paradigma kita bahwasanya yang kita butuhkan adalah “proses kesuksesan” dan keistiqomahan. Saya nukil kisahnya berikut ini:
Kisah ini didapatkan dari dialog seorang kawan. Kemudian diringkas dengan penataan bahasa agar mudah dipahami dan diambil pelajaran.Itulah nukilan kisahnya. Insya Allah kita akan terbuka mata bahwa kesuksesan itu butuh perjuangan dan istiqomah. Bayangkan, Abu Anis saja membutuhkan waktu 6 tahun untuk bisa mandiri dengan modal pesangon yang lumayan besar dan itupun harus jatuh bangun.
Dialah Abuanis Asyakirin (semoga Allah memberkahinya), beliau menceritakan sejarah memulai usaha….
Saya dari keluarga PNS Mas…dari kakek, bapak, paman, sampai adik-adik semua PNS.
Saat saya kerja di perusahaan swastapun, orang tua kurang suka, apalagi saat saya mau berdagang. Saya meyakinkan orangtua dan istri membutuhkan waktu 3 tahunan hingga mereka ngga’ keberatan
Dulu.. lepas dari kerja (memberanikan mundur/setengah nekat) saya kelilingan jualan kopi pakai sepeda motor, awalnya mau nawarin ke toko ragu-ragu, malu kalau ditolak. Perasaan begini saya rasakan sekitar 6 bulanan, setelah itu jadi terbiasa.
Sempat jatuh-bangun, gonta-ganti dagangan, Alhamdulillah setelah 6 tahunan, saya punya karyawan dan beberapa usaha.
Dulu saya mengundurkan diri dari perusahaan setelah lama kerja 12 tahun dan mendapatkan pesangon 18 juta. Pesangon itu untuk dagang keliling, gonta-ganti dagangan, dan setelah keliling pakai motor selama 2 tahun malah uang pesangon saya habis ngga’ ada sisa.
Tapi Alhamdulillah saat sudah ngga’ ada uang itulah Allah Ta’ala menolong saya dengan menjadikan saya tidak ada rasa malu lagi kalau menawarkan dagangan, ngga’ ada rasa gengsi nembung bon (menagih bon, penj) barang ke juragan, dan lebih semangat lagi dalam ikhtiar.
Saya mulai dagang keliling pakai motor tahun 2002, walaupun dagangan sendiri saya tetep mulai keliling seperti orang kerja di perusahaan, berangkat jam 08:00, istirahat pas sholat zhuhur dan ‘Ashr, pulang ke rumah jam 17:00 sore. Mau hujan, kemarau, saat puasa pun tetap seperti itu.
Keliling seharian dapat untung 2600 perak, 5000 perak, saat awal dah biasa, disyukuri saja. Kalau sampai rumah tetap dengan wajah ceria. Jika istri bertanya “Gimana Bah ?”
Saya menjawab, “Alhamdulillah untung, nih buat belanja” (sambil kasihkan 30ribu). Padahal untung hari itu cuma 4000 perak, tapi istri ga‘ tahu, biar dia ga’ sedih he..he.. yang sedih cukup saya saja dalam hati. Tinggal nunggu malam, mengadu sama Allah Ta’ala Sang Pemilik Kerajaan.
Akhirnya bisa punya usaha sendiri, dari dibantu 1 orang karyawan, 4 orang,13 orang, hingga mencapai 26 orang.
Jatuh – bangun pernah saya alami, mulai dari dicurangi karyawan (nilep uang), langganan kabur (ga bayar nota) sampe diingkari rekanan dan rugi 950 juta. Dan berjuang dari nol lagi.
Alhamdulillah punya keyakinan berprasangka baik terus kepada Allah Ta’ala dan jangan patah semangat, ikhtiar terus dengan ikhlas, kalaupun sementara belum ada hasil, asal ikhlas, insya Allah sudah dapat pahala.
Saatnya ubah persepsi kita bahwa yang kita butuhkan itu “proses dalam menuju kesuksesan”
Editor: Abu Azzam Mubarok
Pengusahamuslim.com didukung oleh Zahir Accounting Software Akuntansi Terbaik di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar