Rabu, 12 September 2018

GERAKAN HATI YG TDK TERBENDUNG

GERAKAN HATI YG TDK TERBENDUNG

SUDAH lama saya ingin menulis apa yg saya lihat langsung dan juga yg lewat Medsos. Sungguh saya tdk tau ini fenomena apa ya? Semua orang  dari Emak -Emak, bapak -bapak , Ulama, anak -anak Pesantren , anak -anak muda melenial , dari berbagai kelas dan golongan  mereka luar biasa militan mendukung  Prabowo-Sandi.
Belakangan malah non muslim  dan teman -teman Chinese banyak yg balik badan mendukung Prabowo -Sandi.
Mereka yg pro Prabowo -Sandi semua sangat  militan dan luar biasa cerdas baik dalam berdebat saat di darat maupun saat di Medsos dimana mereka harus ngekick pasukan sebelah.
Kadang sy dibuat "bego" ngeliat seorang Mahmud ( Emak Muda) begitu lihai menjawab  pasukan sebelah dng menggunakan data-data yg akurat.
Emak -emak yg dulu taunya dapur sama
mengantar anak sekolah , kelas pengetahun politiknya  sekarang sdh sekelas anggota Dewan. Kadang orang partai pun terlihat bego dihantam diplomasi Emak2 ini.
Tak hanya itu, saya sendiri kalau bertemu Emak -emak juga kadang  suka  glagapan, menjawab pertanyaan mereka yg kritis saat diskusi.
Keinginan ganti Presiden bukan lagi  semata-mata karena  mengidolakan sosok Prabowo -Sandi, tapi  lebih karena sdh menjadi gerakan hati,  dan kesadaran nurani  bahwa pemerintahan sekarang memang  sudah saatnya pensiun di 2019. Rakyat menghendaki perubahan ! Rakyat tidak mau lagi  mendengar retorika dan janji -janji manis lagi! Itu nafas yg saya tangkap dari militansi rakyat saat ini.
Suatu saat sejarah harus mencatat inilah era  para Emak -Emak menggugat! Era ulama turun gunung peduli dng perkembangan politik, Era bapak -bapak kadang harus "ngalah" jaga anak, karena Emak -Emak mengganti fungsi Mahasiswa utk turun ke jalan.
Yg membedakan dengan pendukung sebelah, rata -rata mereka adalah relawan atau buzzer yg memang secara pribadi bos penggeraknya adalah teman  dr petahana dimana mereka sering ngumpul di istana, atau ngopi bareng dengan penguasa.
Sementata pendukung Prabowo - Sandi ini tumbuh secara alamiah tdk terorganisir, tdk ada bosnya, tidak pernah bertemu Prabowo atau Sandi , bahkan ada yg tdk berpartai.
Ikatan emosional pendukung Prabowo -Sandi ini bukan karena "Kamu dapat apa? Atau karena kamu anggota partai koalisi? Atau karena keluargamu orang partai? Atau karena diorganisir dng iming2 duit, tetapi karena ikatan batin  yg terbentuk oleh karena RASA . Ya rasa senasib karena  sering tdk menerima KETIDAKADILAN baik ketidakadilan  ekonomi, hukum, sosial, bahkan terhadap kenyamanan beragama.
Rakyat Indonesia yg pada dasarnya sdh sangat baik dan nurut , terutama di kalangan umat Islam terus disakiti dari hal yg sepele soal toa masjid sampai soal persekusi pada para ulama atau tokoh umat.
Sekali lagi sejarah harus mencatat gelombang besar militansi rakyat  ini. Saya bayangkan  situasi hati rakyat saat ini seperti menjelang tahun 1945, dimana rakyat mau berkorban apa saja demi memperoleh kemerdekaan yg berdaulat adil dan makmur.
Jujur saya merinding setiap kali saya bertemu  sekumpulan  tukang ojek, sopir angkot,  petani, pedagang, Emak-emak sampai ke para asisten Rumah Tangga yg bersemangat  sekali ingin 2019 ganti Presiden.
Jadi jangan coba -coba melawan arus besar gelombang keinginan rakyat utk ganti Presiden secara konstitusional. Mari berdemokrasi dengan sehat dan jangan coba2 main curang.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More