KAMI KEHILANGAN PEMIMPIN
Oleh: Nasrudin Joha
Tuan, kami mulai bosan. Terus mengeluh kepada tuan, sementara keluhan kami terus diabaikan. Kami melihat, tuan tiada melihat kami rakyat tuan, yang menjadi kewajiban tuan untuk melayani kami, sebagaimana ikrar sumpah yang tuan unggah saat pelantikan jabatan yang tuan emban.
Tuan, kenapa tuan saling buang badan ? Saling melempar beban ? Bukankah kami rakyat Indonesia ? Bukankah negeri ini masih satu Indonesia? Bukankah konstitusi negeri ini masih Republik berbentuk negara kesatuan ?
Ataukah tuan ingin kami sendiri yang menanggung beban ? Tuan sibuk saling melempar urusan ? Dan membuat kami rakyat mati kelaparan ? Bukan status bencana yang kami inginkan, kami tidak peduli apakah Pemda atau pusat yang memberi bantuan, yang kami inginkan "NEGARA HADIR BERSAMA KAMI, MENDAMPINGI KAMI, MEMBANTU KAMI MENGHADAPI BENCANA".
Apakah tuan Mulai lupa ? Sorak sorai kampanye yang mengunggah janji setia kepada rakyat. Komitmen loyal untuk melayani rakyat. Kemanakah janji itu saat ini tuan ? Apakah janji itu telah hapus dari ingatan ?
Saat ini masa kampanye pemilu dan Pilpres 2019, jika kami sempat dilupakan di masa kampanye ini, disaat tuan dan partai-partai tuan membutuhkan suara kami, bagaimana kelak ketika tuan telah berkuasa lagi ? Apakah ada tersisa empati bagi kami, sementara tuan sudah tidak lagi membutuhkan suara kami ?
Kami nyaris sendiri, andai saja tidak ada saudara kami sesama rakyat saling melindungi. Kami merasa tdk memiliki pemimpin, dimana kami berharap diayomi dan dilindungi. Lantas, untuk siapa Republik ini berdiri ? Untuk siapa Republik ini tetap lestari? Untuk memenuhi hasyrat dan syahwat kekuasaan tuan sajakah ? Atau masih tersisa visi Republik untuk melayani seluruh negeri ?
Ah tuan, kami mulai bosan dengan ujaran NKRI harga mati. Kami mulai jengah dengan jargon aku Pancasila. Kami mulai merasakan, kenapa saudara kami di Papua terus bergolak dan memberontak. Apakah tuan juga menginginkan kami, mengambil pilihan hidup berjuang sebagaimana yang sedang bergolak di Papua ?
Tuan juga tidak punya rasa, hati tuan juga sudah keras dan membantu. Ditengah pilu dan kesedihan kami, tuan tetap saja berpesta pora bersama rentenir lintah darat kelas dunia. Apakah tuan lupa ? Banyak negeri dirusak oleh rentenir IMF ?
Apakah tuan mau mengundang azab Allah, setelah gempa dan tsunami melanda tuan mau menambahnya dengan tsunami Ekonomi ? Tuan sudah lupa, hingga saat ini racun IMF masih menyisakan nyeri tak terperi bagi negeri ini. Tetapi tuan justru menyambutnya kembali dengan penuh gegap gempita.
Tuan,
Tdk perlu lagi tuan ajukan alasan. Semakin tuan bicara alasan, semakin sakit batin kami mendengarkan. Kami paham, tuan sudah siapkan 1001 alasan sebagai dalih atas seluruh kezaliman.
Tuan, kami hanya memiliki Allah SWT, kami adukan apa yang tuan lakukan kepada kami, selanjutnya kami serahkan kepada Allah SWT keputusan tentang tuan dan kami.
Menjadi hak bagi kami, untuk meminta apapun dari Tuhan kami, termasuk meminta apa yang kami alami ini juga menimpa tuan sekalian yang zalim. Tuan, jika tuan mendiamkan kezaliman, berarti tuan menghalalkan diri tuan menjadi bagian dari doa kami, agar Tuhan kami, Tuhan tuan, Tuhan seru sekalian alam, memberi keputusan, berupa balasan di dunia dan azab yang pedih di akhirat.
Tuan, kami tidak pernah menyerah, kami tidak pernah putus asa dari rahmat Allah SWT. Kami akan terus melanjutkan kehidupan, termasuk meneruskan doa khusuk kami, agar setiap kezaliman segera beroleh balasan.
Ya Allah dzat yang maha sempurna, kami ajukan dakwaan kepada para pemimpin zalim kepada-Mu. Kami serahkan semua urusan kepada-MU, putuskanlah ! Menurut keadilan dari pandangan-Mu atas urusan kami dengan pemimpin kami yang zalim terhadap kami.
Hasbunallah Wani'mal Wakil, Ni'mal Maula Wa Ni'man Nashier. La haulw wala Quwwata Illa Billah. []..
0 komentar:
Posting Komentar