Kamis, 15 November 2018

“Jangan Sesat Pikir”

Buat teman2  yang suka bingung dan alergi kepada politik, Krn ini musim politik yuk tambah wawasan anda. Jgn menjauh,mulailah dengan peduli,

Copas dari  Uda Arsyad Syahrial

“Jangan Sesat Pikir”

Pernah dengar perkataan: "Siapapun presidennya, kalau kamu malas, tetap saja hidupmu akan susah…!"

Atau perkataan: "Ngapain ribut-ribut copras-capres, tak ada untungnya buat kamu di Âkhirot nanti…!"

Baiklah…

Sepintas terdengarnya benar, namun sebenarnya pernyataan itu salah…!

Iya salah… lalu di mana letak salahnya…?

Begini…

Jika petani rajin ke sawah, setiap hari pagi-pagi sekali sudah berangkat dan baru pulang ketika sudah petang, TETAPI karena Pemerintah yang tidak pro rakyat, di mana saat panen raya malah melakukan impor beras dari luar negeri yang kemudian dijual dengan harga yang lebih murah, akhirnya beras produksi dalam negeri tidak laku di pasaran sehingga terpaksa dijual dengan harga murah alias merugi. Maka para petani pun akan terjerat utang karena tak bisa membayar pinjaman untuk membeli bibit dan pupuk.

Jika pedagang rajin berdagang, setiap hari buka toko dari pagi sampai dengan petang, TETAPI karena Pemerintah membiarkan minimarket dan retail milik pemodal besar tumbuh menjamur di desa-desa dengan jarak 300-400 meter tanpa dibatasi, atau membiarkan pengusaha asing bebas berinvestasi dan berjualan dengan harga yang sengaja dibuat lebih murah. Akibatnya para pedagang kecil sangat susah atau bahkan tidak mampu untuk bersaing, sehingga penjualan jelas turun dan akhirnya bangkrut.

Jika pelajar rajin belajar hingga lulus kuliah, TETAPI di sisi lain tenaga kerja asing oleh Pemerintah mendapatkan begitu banyak kemudahan akses ke pasar tenaga kerja – entah itu karena tekanan dari pemilik modal atau negara pemberi piutang? – sehingga persaingan mendapatkan pekerjaan jadi sangat berat dan susah, maka jelas pengangguran semakin bertambah. Belum lagi begitu banyak kasus tenaga kerja asing digaji jauh lebih besar dibanding pekerja lokal yang mengerjakan jenis perkerjaan yang sama… atau bahkan pekerjaan yang levelnya rendah pun diisi oleh pekerja asing, padahal ada begitu banyak tenaga kerja lokal yang bisa mengisi posisi tersebut.

Jika emak-emak dasteran dan bapak-bapak sarungan mati-matian, bahkan mungkin sampai mati beneran, mendidik anaknya untuk berîmân yang benar dan berakhlâq mulia, TETAPI di sisi lain Pemerintah tidak serius dalam pemberantasan Narkoba, miras beredar bebas, sex bebas, LGBTIQ, paham SEPILISme, game dan tayangan tv yang merusak, sehingga tugas orang tua dan para pendidik jadi semakin susah dan berat… belum lagi ditambah adanya tuduhan serampangan radikal dan intoleran terhadap para da‘i yang melakukan amar ma‘rûf nahyi munkar… maka jelas generasi penerus akan rusak dan semakin berat pertanggungjawaban di Âkhirot kelak.

Apabila negara diibaratkan sebagai "sungai", lalu pemimpin itu terus-terusan menuangkan tuba (racun) di sumber mata airnya, maka cepat atau lambat semua biota sungai akan habis… hal yang sangat berbeda hal jika sang "pemimpin tertinggi" itu menuangkan zat hara.

Jadi, sedikit atau banyak, langsung atau tidak langsung, cepat atau lambat, siapa person pemimpin tertinggi itu akan berdampak sangat besar terhadap keadaan rakyatnya… dan itu PASTI…!

Mungkin bagi toean-toean atau njonja-njonja yang berada di level "sangat kaya" / "class A consumer", bisa jadi akan mampu untuk bertahan menghadapi kerusakan (ekonomi, sosial, budaya, keamanan, agama dan moral) itu untuk sementara waktu…

Tapi pertanyaannya adalah: sampai kapan dan untuk berapa lama…?

Suatu saat pasti toean-toean dan njonja-njonja akan terkena dampaknya juga, meskipun belakangan…

Sungguh pendapat-pendapat / statement-statement yang mengajak untuk acuh-tak-acuh terhadap siapa "Pemimpin Bangsa", seperti: "emangnya elo dikasih apa kalo Capres lo yang menang, hah???" atau: "emangnya Capres jagoan lo itu kenal sama lo, tong?" – itu secara subliminal akan membunuh rasa kepedulian di hati sanubari.

INGAT, jikalau "Pemimpin Bangsa" itu baik dan punya tekad baik dan kuat, tentunya insyâ’Allôh orang-orang di sekitarnya yang membantunya adalah mayoritas dari orang yang baik juga, dan insyâ’Allôh kebijakan yang dikeluarkannya juga akan baik.

TAPI jika sebaliknya… - ya tinggal dibalik saja…!

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

اِإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِالأَمِيرِ خَيْرًا جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ صِدْقٍ إِنْ نَسِيَ ذَكَّرَهُ وَإِنْ ذَكَرَ أَعَانَهُ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهِ غَيْرَ ذَلِكَ جَعَلَ لَهُ وَزِيرَ سُوءٍ إِنْ نَسِيَ لَمْ يُذَكِّرْهُ وَإِنْ ذَكَرَ لَمْ يُعِنْهُ

(arti) “Apabila Allôh menghendaki kebaikan seorang penguasa, maka diberi-Nya (penguasa itu) pembantu (menteri) yang baik (jujur), jika ia lupa diingatkan dan jika ingat ia dibantu. Dan apabila Allôh menghendaki sebaliknya dari itu, maka Allôh memberinya pembantu (menteri) yang jelek (tidak jujur), jika ia lupa tidak diingatkan, jika ingat tidak dibantu.” [HR Abû Dâwud no 2932]

Maka dari itu, kita do'akan semoga tahun 2019 jadi lebih baik, dan semoga yang terpilih sebagai "Pemimpin Bangsa" adalah orang yang benar-benar mencintai rakyatnya, dan rakyatnya pun mencintainya.

📌 Kata Baginda Nabî صلى الله عليه و سلم:

خِيَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُحِبُّونَهُمْ وَيُحِبُّونَكُمْ وَيُصَلُّونَ عَلَيْكُمْ وَتُصَلُّونَ عَلَيْهِمْ وَشِرَارُ أَئِمَّتِكُمُ الَّذِينَ تُبْغِضُونَهُمْ وَيُبْغِضُونَكُمْ وَتَلْعَنُونَهُمْ وَيَلْعَنُونَكُمْ

(arti) “Sebaik-baiknya pemimpin kalian ialah orang-orang yang kalian mencintai mereka dan mereka pun mencintai kalian, juga yang kalian mendo'akan kebaikan untuk mereka dan mereka pun mendo'akan kebaikan untuk kalian. Sedangkan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah orang-orang yang kalian membenci mereka dan mereka pun membenci kalian, juga yang kalian mela‘nat mereka dan mereka pun mela‘nat kalian.” [HR Muslim no 1855; Ahmad no 22856, 22874; ad-Dârimî no 2839].

❤ Kita berdo'a:

اللَّهُمَّ إنِّي أَعُوذُبِكَ مِنْ إِمَارَةِ الصِِّبْيَانْ وَالسُّفَهَاء ، اللَّهُمَّ لَا تُسَلِّطْ عَلَيْنَا بِذُنُوْبِنَا مَنْ لَا يَخَافُكَ فِيْنَا وَلَا يَرْحَمُنَاا
{allôhumma innî a-‘udzubika min imârotish-shibyan was-sufahâ’, allôhumma lâ tusallith ‘alainâ bidzunubinâ man lâ yakhofuka fînâ wa lâ yarhamunâ}

(arti) "Wahai Allôh, sungguh kami berlindung kepada-Mu dari pemimpin yang kekanak-kanakan lagi bodoh. Wahai Allôh, janganlah Engkau kuasakan atas kami orang-orang yang tidak takut kepada-Mu dan tidak pula bersikap rahmah kepada kami."

Insyâ’Allôh ...

نَسْأَلُ اللهَ الْسَلَامَةَ وَالْعَافِيَةَ

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More