Senin, 06 Mei 2019

SEBELUM MENURUNKAN APARAT DI IBUKOTA, SEBAIKNYA BAPAK TENGOK KISAH TRAGIS INGGRIS DI SURABAYA

SEBELUM MENURUNKAN APARAT DI IBUKOTA, SEBAIKNYA BAPAK TENGOK KISAH TRAGIS INGGRIS DI SURABAYA

©  Hizbullah Ivan

Dear Temans...

MENURUNKAN puluhan ribu pasukan berpengalaman di Perang Dunia II dengan senjata lengkap nan modern, tak serta merta membuat Inggris bisa menguasai Kota Surabaya bak membalikkan telapak tangan.

Dengan persenjataan seadanya, para petarung republik yang baru berdiri itu bertahan mati-matian. Kendati Kota Surabaya digempur habis dari darat, laut dan udara hingga menjadikannya lautan api, Pasukan Divisi Kelima India “Ball of Fire” pimpinan Mayjen Robert Eric Carden Mansergh, masih kesulitan menduduki kota sepenuhnya.

Perlawanan Tentara Keamanan Rakyat (TKR), Polisi Istimewa hingga laskar rakyat justru kian sengit. Kadang di beberapa sektor, justru pasukan Inggris yang terdesak. Korban berjatuhan di pihak Inggris semakin mengkhawatirkan, hingga pasukan Inggris menyebut pertempuran ini bak Inferno alias neraka.

“Rakyat Indonesia di Surabaya tak menghiraukan jatuhnya korban. Apabila satu jatuh, yang lain tampil maju ke muka. Bren (senapan mesin ringan Bren Gun) terus bicara, onggokan mayat di barikade menggunung, tetapi rakyat Indonesia datang lagi semakin banyak,” tulis Letkol A.J.F. Doulton di buku ‘The Fighting Cock’.

Kabar ini ternyata juga sampai ke London, jantung Kerajaan Inggris Raya. Di Ibu Kota Inggris itu, warga London digegerkan dengan berita terbitan 13 dan 14 November 1945 dari surat kabar TIMES, yang menggambarkan apa yang terjadi pada pasukan mereka di sebuah kota di timur Pulau Jawa.

“Perlawanan Indonesia di Surabaya dilaporkan semakin gigih. Pada hari Minggu malam, wanita-wanita (Emak-Emak) Indonesia ke luar (tempat perlindungan) dan menyelamatkan jenazah-jenazah kaum prianya,” tulis TIMES.

Kisah heroic pejuang-pejuang kita ini, terekam dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Tentara inggris menyebut “Battle of Surabaya” sebagai “inferno” atau neraka di timur Jawa.

Kisah ini dimuat majalah New York Times edisi 15 November 1945. Dalam perang lima tahun dengan NAZI, Inggris tidak pernah kehilangan satu Jenderal pun. Tapi di Surabaya baru lima hari mendarat seorang Jenderal terbunuh.

Inilah yang membuat marah Inggris. Lalu dengan cepat Mountbatten menunjuk Mayor Jenderal Mansergh sebagai kepala pasukan Inggris di Surabaya untuk membereskan kota Surabaya. Mayjen Mansergh yang jago perang dunia itu langsung mengambil keputusan untuk melucuti semua orang Surabaya.

Setelah membombardir Surabaya selama tiga hari sejak 10 November 1945, Mansergh masih belum puas dan masih butuh tambahan kekuatan. Mansergh minta tambahan delapan pesawat tempur P-47 Thunderbolt, dua De Havilland Dh.88 Mosquito, 21 tank Sherman dan sejumlah kendaraan lapis baja Bren Gun Carrier

Tapi Inggris belum kenal watak orang Surabaya yang panas. Pasukan rakyat kemudian mengambil beberapa mitralyur anti pesawat buatan Jepang dan menembaki skuadron pasukan RAF. Dua pesawat kena tembak salah satunya adalah seorang jenderal yang bernama Brigjen Robert Guy Loder Symonds seorang komandan pasukan Artileri yang sedang melakukan survey udara.

Seruan Resolusi Jihad yang dikeluarkan oleh para ulama, akhirnya benar-benar membakar semangat pertempuran surabaya. Dan mempermalukan pasukanan sekutu sebagai pemenang perang dunia.

Para kiai dan pendekar tua membentuk barisan pasukan Sabilillah yang dikomandani oleh KH. Maskur. Para santri dan pemuda berjuang dalam barisan pasukan Hizbullah yang dipimpin oleh H. Zainul Arifin. Sementara para kiai sepuh berada di barisan Mujahidin yang dipimpin oleh KH. Wahab Hasbullah. Para kiai dan santri berbaur dengan pasukan reguler melawan pasukan pemenang Perang Dunia II. Dari Markas Jombang pertempuran surabaya dikendalikan.

Pertempuran makin meluas, sampai ke Kali Mas. Di pinggir Kali Mas pasukan sekutu langsung menggempur pasukan rakyat. Jam 12 siang hari pertama, pasukan infanteri mulai mendarat sekitar 20.000 orang, inilah pasukan terbesar Inggris setelah perang dunia selesai, dan merupakan perang paling brutal sepanjang sejarah pertempuran pasukan Inggris.

Di wilayah lain di luar Surabaya, Jenderal Sudirman dan para staf-nya memutuskan untuk memotong rantai logistik sekutu. Jadi 20 ribu pasukan infanteri bakalan terlokalisir dan digebuki rakyat Surabaya. Taktik ini berhasil, laskar-laskar rakyat di Jawa Barat menghadang pasukan logistik sekutu yang mau masuk dari arah barat, di Malang gudang logistik pasukan sekutu dihancurkan, otomatis selama 5 hari pasukan sekutu terkunci dari semua pintu masuk kota, sementara ribuan orang Indonesia terus mengalir memasuki kota dengan senjata apa adanya berperang melawan sekutu.

Pasukan sekutu mulai stress, karena logistik tidak ada, bantuan tempur logistik yang diterjunkan dari pesawat kemakan orang-orang Republik, bahkan nyaris tidak ada logistik yang berhasil didapatkan pasukan Inggris. Mereka sudah terkunci dan terkepung oleh seluruh orang Indonesia yang mengitari mereka, keberadaan pasukan Inggris dari Brigade 49 tinggal menghitung waktu.

Tempat-tempat dimana pos pasukan Inggris berada di blokade total, tak ada listrik, tak ada makanan, mereka harus berjaga 24 jam agar jangan sampai ditembaki Republik yang terus menerus nggan berhenti. Di hari kelima pertempuran mulai jarang tembakan dari pasukan sekutu, pasukan Inggris mulai kehabisan amunisi, beberapa orang Surabaya nekat masuk ke pos-pos Inggris dan meledakkan granat, inilah yang mereka takutkan. Dalam kondisi rusak mental inilah, pasukan Brigade 49 mulai teriak-teriak ke markas mereka di Djakarta bahwa mereka sudah terdesak.

Maka bukalah mata wahai Bapak...

Inilah fakta sesungguhnya, bahwa jangankan melawan pasukan Bapak, diatas tanah ini, dengan hanya selembar Fatwa Jihad, Veteran dan Jawara Perang Dunia ke-II pun mangkrak di ujung tombak-tombak laskar rakyat.

Jadi bagaimana.. ???
Masih mau ngadu kekuatan dengan Rakyat..??
Bila sudah siap,maka bersiaplah menghadang gelombang kekuatan rakyat.!!!

Sejarah dulu tak bisa dilupakan.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More