BEDA LHO "POLITISASI AGAMA" DENGAN "ISLAMISASI POLITIK", AWAS JANGAN-JANGAN ANDA SUDAH KETIPU!
Oleh: Burevu
http://www.bravemuslim.com/perbedaan-politisasi-agama-dengan-islamisasi-politik
- “Jangan bawa-bawa agama! 😡”
- “Pisahkan agama dari politik! 😡”
- “Waspadalah gerakan politik berbalut agama! 😡”
Pernah kah Anda mendengar hal demikian? 🤔
Tak jarang, ada oknum yang seperti tidak rela dan terkesan menghalang-halangi umat Islam membahas persoalan politik. 😓
Salah satu bentuk ketidakrelaan dan penghalangannya, dengan melemparkan tudingan “Waspadai politisasi agama”, “Waspadai upaya perubatan kekuasaan berbalut dakwah”, dan sebagainya. 😒
Padahal, faktanya memang ajaran Islam mengatur persoalan politik. 😏
Meski memang, di lain sisi, ada juga fakta oknum orang yang mempolitisasi agama demi kekuasaan. 😅
Nah, maka dari itu, kedua hal tersebut perlu dirinci faktanya. 😬
1. Islamisasi politik
2. Politisasi agama
Kedua hal tersebut kan jelas berbeda. 😃
Maka dari itu, mari kita coba bahas satu per satu. 🙂
BEGINI ISLAMISASI POLITIK….
“Politik” itu merupakan terjemahan bahasa Indonesia dari kata bahasa arab siyasah. Iya, dalam bahasa Arab dan istilah syar’i, politik dikenal dengan istilah siyaasah.
“Islam politik” (as-siyâsah al-islâmiyyah). Secara etimologis, kata politik (sâsa-yasûsu-siyâsah) mesti dikembalikan pada makna aslinya, yakni: mengurus, mengelola.
Sebagaimana yang disebutkan pada hadits:
كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمُ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدِي وَسَتَكُونُ خُلَفَاءُ تَكْثُرُ قَالُوا فَمَا تَأْمُرُنَا قَالَ فُوا بِبَيْعَةِ اْلأَوَّلِ فَاْلأَوَّلِ وَأَعْطُوهُمْ حَقَّهُمْ فَإِنَّ اللَّهَ سَائِلُهُمْ عَمَّا اسْتَرْعَاهُمْ
“Dulu Bani Israel diurusi dan dipelihara oleh para nabi. Setiap kali seorang nabi meninggal digantikan oleh nabi yang lain.Akan tetapi, sesungguhnya tidak ada nabi sesudahku, yang akan ada adalah para khalifah, dan mereka banyak.” Para sahabat bertanya, “Lalu apa yang engkau perintahkan kepada kami?” Nabi bersabda, “Penuhilah baiat yang pertama, yang pertama saja, berikanlah kepada mereka hak mereka. Sesungguhnya Allah akan meminta pertanggungjawaban mereka atas apa saja yang mereka urus/pelihara” [HR. Bukhari-Muslim]
Dari situ, sebenarnya sudah cukup jelas bahwa memang Islam membahas persoalan politik. Belum lagi kita bahas ayat-ayat Al-Qur’an yang lain. Apalagi kalau mau dibahas fakta Sejarah Negara Islam yang eksis selama sekitar 14 abad. 😊
“Ah ngarang lu itu tafsiran asal-asalanmu aja! 😡”
Laah… 😅
Yaudah kita lihat aja penjelasan para ulama mu’tabar kalau begitu.:
- Terkait Lafal “tasûsuhum al-anbiyâ” pada hadits tersebut, kalau menurut Imam Ibn Hajar al-‘Ashqalani di Kitab Fathul Baarii: “Dalam hal ini terdapat isyarat bahwa harus ada bagi rakyat, orang yang mengatur urusan mereka, membimbing mereka ke jalan yang baik, dan memberikan keadilan kepada orang yang dizalimi dari orang yang zalim.”.
= “Tasûsuhum”, Kalau menurut Imam As-Suyuthi di kitab adDiibaaj: “yang menjalankan urusan mereka”.
- “Tasûsuhum”, Kalau menurut Imam Nawawi di kitab Syarah Muslim-nya: “yang menangani urusan mereka sebagaimana para amir dan wali menangani urusan rakyat.”.
Secara bahasa, bisa juga kata sâsa-yasûsu-siyâsah maknanya ra’â syu’ûnahu (memelihara urusan-urusannya).
Intinya, ini yang perlu dicatat: As-siyâsah (politik) maknanya adalah: ri’âyah syu’ûn al-ummah (pengaturan dan pemeliharaan urusan-urusan umat).
Yaps, begitulah.
Jadi, dulu Nabi Muhammad (ﷺ) itu faktanya mengurusi urusan umat. Beliau itu kan (ﷺ):
- Mengatur baitul mal.
- Mengatur sumber daya alam.
- Menegakkan persanksian seperti halnya hukum potongan tangan, rajam, jilid, qishash, dan sebagainya.
- Mengatur pasukan perang.
- Dan lain-lain.
Dan itu semua ada dalilnya. InsyaAllah kapan-kapan kita bahas di artike lain masing-masing dari sistem Islam. 🙂 Atau kalau Anda pingin cepat, buka saja kitab-kitab maupun kitab-kitab mu’tabar lainnya, kayak Ahkamus Sulthaniyah-nya Imam Al-Mawardi. 😁
Dan setelah Nabi Muhammad (ﷺ) wafat, kan ada digantikan oleh khalifah-khalifah ya kan? 😃 Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Ustman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, dan seterusnya hingga yang terakhir Sultan Abdul Hamid II. 🙂 (Sekarang lagi vakum sebentar, tenang insyaAllah nanti ada lagi 😬)
Jelas kan? Itu semua realitas umat Islam. Itu semua pekerjaan mereka mengurusi urusan umat. Tentunya dengan sistem yang khas. Hukum-hukum yang diterapkan hukum-hukum Islam.
- Sistem pemerintahannya khas. Kedaulatan (hak menetapkan hukum) ada di tangan syara’. Bukan di tangan rakyat. Bukan di tangan raja.
- Kekuasannya (hak mengangkat khalifah) ada di tangan umat. Bukan di tangan asal-asal rakyat. Bukan di tangan Raja.
- Sistem ekonominya khas. Ada baitul mal-nya. Nggak perlu bank. Mata uangnya emas dan perak. Bukan dolar. Persoalan utamanya distribusi, bukan scarcity.
- Dan lain-lainnya.
Nah, ini yang namanya Islamisasi politik.
Coba baca sekali lagi poin-poin di atas.
Sudah?
Nah, sekali lagi, itu yang namanya Islamisasi politik. 😁
KALAU POLITISASI AGAMA?
Terus, kalau politisasi agama itu gimana? 😃
Politisasi agama itu, menggunakan agama sebagai kedok untuk pencitraan demi mendapatkan dukungan rakyat, agar berkuasa. Namun, tatkala berkuasa, agamanya tidak dipakai lagi. 🤪
Ingat itu kata kuncinya: tatkala berkuasa, agamanya tidak dipakai.
Jadi agamanya hanya dipakai saat kampanye dan pencitraan saja. 😑 Itu pun hanya berupa sebagian dari syariat yang sifatnya individual seperti halnya sholat, sedekah, senyum, do’a, dan sebagainya. Tapi tidak menjalankan syariat yang sifatnya politik. 😠 Bahkan malah membungkam dakwah, mengkriminalisasi ulama, dan memonsterisasi ajaran Islam. 😠😠😠
Kalau mau disederhanakan, jadi yang namanya politisasi agama itu hanya bisa dilakukan oleh penganut sekulerisme. 😛
Sebaliknya, mereka yang anti-sekulerisme, mustahil bisa mempolitisasi agama. Karena bagi mereka, politik wajib diatur oleh aturan agama. 🙂
http://www.bravemuslim.com/perbedaan-politisasi-agama-dengan-islamisasi-politik
0 komentar:
Posting Komentar