Jumat, 02 Maret 2018

KISAH NYATA ARTIS INDONESIA YG STUDI DI TURKI

ANDAI INI BENAR TERJADI BETAPA NAIFNYA NASIB ANAK CUCU KITA # NA'UDLU BILLAH WANA'UDLU BILLAH#
SETIDAKNYA kita wajib mempersiapkan diri kita dan anak cucu keturunan kita.
Contoh negara yang sudah menjadi korbannya sudah banyak. jimbabwe, singapura, turkistan, dll... Gx lama lagi INDONESIA

KISAH NYATA ARTIS INDONESIA YG STUDI DI TURKI

By: Neno Warisman.

DULU MEREKA TUKANG SAPU, SEKARANG KAMI YANG MEREKA SAPU
(Pelajaran Untuk Indonesia, agar BANGSA ini SEGERA SADAR ...)

Aku berdiri di depan asrama berharap ada yang berbaik hati memberikan tumpangan gratis ke kampus. Alhamdulillah Allah kabulkan. Sebuah mobil yang aku tak ingat apa mereknya, yang ku tahu mobil itu masih baru dan berbentuk mirip seperti Honda CRV, berhenti di hadapanku.
"Mau kemana? Ayo ikut." Ajaknya ramah, dengan Bahasa Arab.
"Mau ke Jamiah?." Tanya ku balik.
"Iya, ayo! Naik cepat."
Aku langsung naik. Aku duduk disisi kanannya. Dia mulai menginjak pedal, lalu mobil pun melaju.
"Apa kabar akhi? Sehat?" Tanya pria berwajah Turki itu.
"Alhamdulillah sehat. Anta apa kabar?"
"Sehat alhamdulillah, ohya dari Indonesia atau Malaysia?". Mobil mulai memasuki jalan raya. Kaca mobil sedikit terbuka. Angin musim dingin masuk menyentuh wajah. Hari ini tidak terlalu dingin, sekitar 20°C. Sepertinya musim dingin sudah hampir selesai.
"Dari Indonesia. Anta dari mana?"
"Ana dari Turkistan, tau Turkistan? Turkistan itu dibawah China." Jelasnya.
"Ooh iya. Masih Asia berarti ya. Gimana kehidupan di Turkistan?" Tanyaku.
"Akhi, kehidupan kami jadi begitu porak-poranda semenjak China masuk ke negara kami. Sekarang saja passport ana tertulis China."
"Apa?? Kok bisa? Bukannya Turkistan negara sendiri?? Kok
bisa pasportnya China?" Tanyaku heran. Dia menarik nafas panjang seakan ada beban berat yang dia pikul.
"Ana sudah 9 tahun tidak pulang ke Turkistan." Keluhnya
"Loh?? Kok bisa??"
"Begini akhi, sekitar 60 tahun yang lalu, mereka orang-orang China datang baik-baik ke negara kami, bekerja, melancong, dll. Dengan berjalannya waktu, pemerintahan kami lalai dan menganggap keberadaan mereka biasa saja. Padahal pergerakan mereka masif, diam tapi pasti, targetnya panjang. Lalu jumlah mereka semakin banyak, banyak yang sudah mengambil warga negara Turkistan. Pemerintahan kami tetap tidak sadar. Dan akhirnya mereka (China) melakukan kudeta. Presiden kami mereka bunuh. Pemerintahan jatuh ke tangan mereka. Pada saat kudeta itu, ratusan ribu pribumi pindah ke bermacam negara lain. Karena kekejaman kekuasaan China. Dulu MEREKA HANYALAH TUKANG SAPU, SEKARANG KAMI YANG MEREKA SAPU." Jelasnya panjang.
"Lalu bagaimana kehidupan disana?" Tanyaku balik.
"Disana semuanya serba ketat akhi. Kenapa ana sudah 9 tahun tidak balik ke Turkistan?! Karena mereka melarang siapapun pergi belajar ke negara Islam. Ketika pembuatan pasport mereka mensyaratkan tidak boleh pergi ke Negara Islam, seperti Saudi dan Turki. Akhirnya ana bilang bahwa ana mau kuliah ke Jepang, dari Jepang ana ke Saudi. Mereka berikan izin. Nah, jika kembali ke Turkistan, lalu mereka lihat di passport tertulis negara Islam. Ana akan dipenjara kurang lebih 10 tahun. Dan di Turkistan sekarang ini, setiap hari orang-orang China berdatangan ke Turkistan, ribuan orang. Mereka diberikan tempat tinggal, diberi pekerjaan dan fasilitas. Sedangkan orang orang pribumi, dikekang bahkan diusir." Terangnya dengan raut muka yang begitu sedih.
Mobil kami masih melaju di jalan raya, dengan kecepatan 90-100 km/jam. Sudah setengah jarak yang kami lewati untuk sampai ke kampus.
"Jadi gimana kehidupan muslim disana?" Tanyaku penasaran.
"Sholat dilarang, azan dilarang. Jilbab kalau warna hitam akan dirobek ditempat. Jenggot dilarang. Setiap beberapa meter ada pemeriksaan. Handphone diperiksa, jika ada tulisan Allah atau ayat Quran maka bisa ditangkap dan dipenjara. Tidak boleh mengucapkan kata jihad. Kalau bertamu harus melapor dulu. Kalau tidak melapor tuan rumah bisa dipenjara 10 tahun. Beli pisau agak besar dilarang." Sesalnya. Sepertinya banyak hal yang susah dia ungkapkan. "Selama 9 tahun kalau liburan ana pergi ke turki, istri orang turki." Lanjutnya.
Aku bisa bayangkan bagaiman kehidupan mereka. Berat, terkekang, terjajah. "Yaa Allah! Jaga negaraku tercinta. Jaga Indonesia. Dan biladal muslimin." Doaku dalam hati.
"Sekarang di Indonesia, mereka (China), semakin banyak saat ini. Masuk di perekonomian. Bahkan sudah masuk pemerintahan." Curhatku, aku mulai khawatir dengan keadaan negaraku saat ini. Mobil kami sudah hampir tiba di kampus.
"Wah.. akhi! Jangan sampai kalian tertidur atau lalai sedikitpun. Jangan sampai pemerintah kalian menganggap enteng hal ini. Keberadaan mereka merusak sekali. Mereka seperti tak punya perimanusiaan. Egois!!!" Tegasnya. Mobil kami tiba di kampus. Dan akhirnya aku mengucapkan terima kasih atas tumpangannya. Sebelum turun dia bertanya.
"Akhi! Mau jadi orang kaya?" Senyum merekah di wajahnya.
"Semua kita mau kaya." Jawabku
"Kalau begitu, jual kucing-kucing yang ada di negaramu ke Turkistan. Sebab kucing kucing disana harganya sangat mahal. Karena jumlahnya sudah sangat sangat sedikit. Sudah habis dimakan orang China kafir."
Na'uzubillah....
summa na'uzubillah

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More