Kamis, 16 November 2017

Kapankah memiliki Kemampuan Kalbu?

Kapankah memiliki Kemampuan Kalbu?

Ada yang bertanya kepada kepada saya, sebagai respon dari postingan saya.
Beliau bertanya : "Bagaimana memindahkan isi otak menjadi isi kalbu?"
Lalu saya hibur beliau dengan jawaban : "Terus terang ini pertanyaan yang saya tunggu2."

Saya ingin memaparkan sesuatu yang menurut hemat saya, bila bisa menangkap uraian ini niscaya ada gambaran sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.

Ada 2 tugas yang di embankan kepada manusia (di muka bumi ini) oleh Allah, yaitu :
1. Tugas khalifah (QS.2:30)
2. Tugas pengabdian/beribadah (QS.51:56)

Agar manusia mampu menjalankan kedua tersebut Allah memberikan potensi kepada manusia yaitu :
1. potensi akal untuk tugas kekhalifahan
2. potensi hati/kalbu untuk tugas pengabdian/beribadah.

Kedua potensi ini mesti diolah sehingga berkemampuan.  Jadi Allah tidak mendatangkan kemampuan, Dia hanya mendatangkan potensi.  Bila diolah potensi tersebut maka muncul kemampuan.
Akal bila diolah maka muncul kemampuan berbahasa, berhitung, menganalisa/observasi, dan berpikir.
Bila kalbu diolah maka muncul kemampuan untuk merasa (rasa) dan keyakinan.
Umumnya sekolah adalah sarana mengaktifkan potensi akal sehingga berkemampuan matematis, ilmu alam, manejemen, komputer, bahasa, dll.
 Sedangkan, bagaimana agar potensi kalbu/hati juga aktif sehingga berkemampuan "kekalbuan"? Kalau toh...jawabannya adalah sekolah tentu, bukan sekolah yang sama sebagaimana sekolah yang mengaktifkan potensi akal sehingga mempunyai kemampuan2 akal. Mungkin sekolah tersebut boleh disebut sekolah hati/kalbu, karena berfungsi untuk mengaktifkan potensi kalbu sehingga memiliki kemampuan2 kalbu.  Kemampuan2 kalbu yang dimaksud yaitu sabar, ikhlas, tawakal, syukur, pasrah, dermawan, sopan, santun, bersemangat, disiplin, rajin, dll.

Bila Potensi Sudah Berbuah Kemampuan

Mengapa kita mudah menjawab pertanyaan 2+3=5, 4X5=20, 25:5=5? Karena kita telah mempunyai kemampuan berhitung.  Mengapa kita bisa memahami tulisan semua ini? Karena kita mempunyai kemampuan membaca.
Itulah kemampuan, sulit dibendung bila telah dimiliki. Semua secara dilakukan secara otomatis.
Sekarang .... Bila kalbu telah mempunyai kemampuan2nya seperti sabar, ikhlas, syukur, dermawan, santun, dll, tentu akan dilakukan secara spontan/otomatis.  Rasulullah telah mengungkapkan bahwa : "Sabar itu pada pukulan yang pertama." Sabar bukan setelah sejam kemudian, sehari kemudian, atau sebulan kemudian.  Semua begitu saja, tanpa berpikir dan alami.  Inilah sunatullah kemampuan.
Bila kita mendapat ujian hidup dari Allah, namun bila kita telah memiliki kemampuan sabar, maka secara otomatis kita akan sabar, bahkan untuk tidak sabar kita tidak bisa. Ibarat berhitung 2+3=.....bila sudah berkemampuan, untuk tidak menjawab 5 juga tidak bisa. Otomatis 5.

Penutup
Bila Allah hanya memberikan potensi, namun tidak memberikan kemampuan maka manusialah yang mesti mengolah potensi itu sehingga memunculkan kemampuan. 
Bila demikian bila kita tidak mengolah otak kita niscaya hingga hari ini niscaya kita masih buta huruf dan sulit berhitung.  Bila kalbu tidak kita olah niscaya kemampuan untuk sabar, ikhlas, tawakal, syukur dll, niscaya tidak kita miliki.

Selamat mengolah kalbu, sehingga memiliki kemampuan2nya.
(Pertanyaan : Sudahkah kita memahami bagaimana mengolah kalbu sehingga memiliki kemampuan2nya?)
Nantikan jawaban....

Wallahualam.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More