Tribunnews.com, Jakarta - Dukungan untuk Gubernur
DKI Jakarta Joko Widodo terus melejit seandainya pemilu digelar hari
ini, setidaknya berdasarkan rangkaian survei yang digelar Kompas. Namun,
tren serupa tak terjadi untuk partai yang membesarkannya, Partai
Demokrasi Indonesia Perjuangan.
Bila suara Jokowi melompat
berlipat kali dalam rentang waktu setahun, 2012 hingga 2013, perolehan
dukungan untuk PDI-P justru melorot pada paruh kedua perjalanan survei.
Padahal, hingga setengah perjalanan 2013, partai ini mampu memikat para
pemilih rasional untuk memilihnya jika pemilu digelar saat itu.
Pada
Desember 2012, rilis pertama rangkaian survei Kompas mendapatkan
dukungan untuk PDI-P pada kisaran 13,3 persen. Angka tersebut melompat
menjadi 23,6 persen pada putaran kedua survei yang dipublikasikan pada
Juni 2013. Lonjakan ini berdasarkan data survei tersebut berasal dari
kalangan pemilih rasional.
Sayangnya, bila tren peningkatan
dukungan suara untuk Jokowi terus berlanjut hingga putaran ketiga survei
yang pelaksanaannya rampung pada Desember 2013, arus dukungan untuk
PDI-P justru seolah mampat. Jangankan tetap, survei ketiga malah
mendapatkan penurunan suara dialami partai ini. Dukungan untuk PDI-P
turun menjadi 21,8 persen pada survei ketiga.
Rangkaian survei yang digelar Harian Kompas
menggunakan metode survei longitudinal, yakni memakai responden yang
sama. Ketiga survei dilakukan secara tatap muka, dalam tiga periode
waktu yang berbeda.
Survei periode utama yang hasilnya dilansir
pada Desember 2012, dilakukan pada rentang 26 November 2012 sampai 11
Desember 2012. Periode kedua, 30 Mei 2013 sampai 14 Juni 2013, dan
diumumkan pada Juni 2013. Sedangkan periode ketiga terlaksana pada 27
November 2013 sampai 11 Desember 2013, diumumkan hasilnya berturut-turut
mulai Rabu (8/1/2014).
Melibatkan 1.380 sampai 1.400 responden
dari 34 provinsi di Indonesia, survei menggunakan tingkat kepercayaan 95
persen dan rentang kesalahan (margin of error) 2,6 persen dalam
penarikan sampel acak sederhana.
0 komentar:
Posting Komentar