Bagaimana dan kapan bumi ini
terbentuk, tidak ada yang mengetahui secara pasti. Kalaupun ada yang
memperkirakan secara ilmiah bagaimana dan kapan terjadinya bumi dan alam
semesta ini, hal itu berdasarkan pengamatan yang empiris atas kelahiran
suatu bintang yang pada saat ini bisa dilakukan dengan teleskop Hubble,
suatu teleskop ruang angkasa yang diluncurkan menjelang berakhirnya
abad ke 20 yang lalu.
Teori Kant
Teori kant adalah teori yang pertama
kali muncul untuk membahas bagaimana bumi terbentuk dan terbentuknya
planet-planet dalam tata surya. Pada pertengahan abad ke 18 atau
tepatnya pada tahun 1755, seorang filsuf Jerman yang bernama Immanuel Kant
mengemukakan teorinya mengenai bagaimana bumi terbentuk. Menurut Kant,
tata surya yang terdiri atas matahari, bumi, bulan dan planet, serta
asteroid pada mulanya berbentuk nebula atau kumpulan bintang yang
menyerupai awan atau gas dengan massa yang berat. Melalui prose
pendinginan, akhirnya nebula tersebut menjadi bumi, bulan, matahari dan
planet-planet lainnya.
Teori Laplace
Pada tahun 1796 seorang ahli matematika dan astronomi Perancis bernama Pierre Simon Marquis de Laplace,
menyanggah teori buffon. Menurut Laplace bumi terbentuk dari gugusan
gas panas yang berputar pada sumbunya. Saat berputar dengan sangat cepat
tersebut, kemudian terbentuk cincin-cincin. Sebagian cincin gas
terlempar dan tetap terus berputar.
Cincin gas yang berputar pada akhirnya
mengalami pendinginan, sehingga terbentuk gumpalan-gumpalan bola yang
kemudian menjadi bumi dan planet-planet lainnya. Pusat cincin masih
tetap panas dan ini yang kemudian menjadi matahari.
Teori Hipotesis Planetesimal
Pada awal abad ke 20 para ilmuwan dari
Universitas Chicago, Amerika Serikat, mulai tertarik membuat hipotesis
baru mengenai teori terbentuknya bumi. Forest Ray Moulton seorang ahli astronomi, bersama rekannya T.C. Chamberlain seorang ahli geologi mengemukakan teori yang mereka namakan planetesimal hypothesis.
Menurut Moulton dan Chamberlain,
matahari terdiri dari massa gas yang sangat besar pada suatu saat
didekati oleh sebuah bintang (matahari) lain yang melintas dengan
kecepatan tinggi. Pada waktu bintang tadi melintas di dekat matahari dan
jarak keduanya relatif dekat maka sebagian massa gas matahari tertarik
keluar akibat gaya tarik atau gravitasi dari bintang yang melintas
tersebut.
Sebagian massa gas yang tertarik
keluar dari matahari berada pada lintasan bintang dan sebagian lagi
berputar mengelilingi matahari karena gravitasi matahari. Setelah
bintang melintas, massa gas yang berputar mengelilingi matahari menjadi
dingin dan kemudian terbentuklah cairan yang semakin lama memadat dan
selanjutnya disebut planetesimal. Beberapa planetesimal yang terbentuk
kemudian akan tarik-menarik bergabung menjadi satu yang pada akhirnya
menjadi bumi dan planet lainnya.
Teori Tidal
Dua orang ilmuwan dari Inggris, James Jeans dan Harold Jeffreys
pada tahun 1918 mengemukakan teori terbentuknya bumi yang mereka
namakan teori tidal. Teori tidal sedikit banyak diilhami oleh peristiwa
pasang naik air laut ketika bulan tampak jelas atau bulan purnama dari
bumi. Dengan demikian, teori tidal mengemukakan peristiwa pasang naik
massa gas matahari karena bintang melintas di dekat matahari kita.
Peristiwa bintang melintas di dekat matahari ini mirip dengan teori
Moulton dan Chamberlain.
Menurut Jeans dan Jeffreys, pada saat
bintang melintas di dekat matahari, sebagian dari massa matahari
tertarik keluar sehingga membentuk semacam cerutu. Bagian yang membentuk
cerutu ini, setelah mengalami pendinginan, merupakan cikal bakal
planet-planet yang mengelilingi matahari, mulai dari planet yang paling
dekat dengan matahari sampai planet yang terjauh dari matahari.
Teori Big Bang
Teori Big Bang lebih dikenal sebagai teori dentuman besar yang dikemukakan pada tahun 1948 oleh dua orang ilmuwan yang bernama Gamow dan Alpher.
Kedua orang ilmuwan tersebut mengatakan bahwa bumi dan alam semesta ini
terbentuk dari suatu ledakan yang sangat dahsyat. Ledakan dahsyat
tersebut berasal dari partikel yang pecah dengan energi yang sangat
besar. Ledakan dahsyat tersebut kemungkinan besar berasal dari ledakan
thermo nuklir alami yang belum diketahui asal mulanya. Diperkirakan
ledakan tersebut masih terasa sampai sekarang.
Gamow dan Alpher mengatakan bahwa
secara teoritis dentuman atau ledakan besar yang berasal dari ledakan
thermo nuklir yang menghasilkan energi (panas) sangat tinggi akan
menyebabkan ekspansi materi. Ekspansi materi tersebut berupa benda-benda
langit (bintang, planet dan sebangsa asteroid) maka benda-benda langit
tersebut akan bergerak semakin menjauh. Hal ini juga menjadi hipotesis
ahli astronomi abad ke 20, Edwin Hubble, bahwa langit terus berkembang.
Hipotesis bahwa langit terus berkembang, kemudian ditambah hasil
pengamatan Edwin Hubble di Observatorium Mount Wilson, kemudian menjadi
teori langit berekspansi. Dari hasil pengamatan melalui teleskop ruang
angkasa, ternyata bintang-bintang bergerak menjauh dari koordinat.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa langit memang berkembang.
Berdasarkan penjelasan tersebut di atas, apakah pembentukan bumi dan alam semesta berdasarkan Teori Big Bang tersebut sudah dapat dianggap benar ?.
Memang belum dapat dipastikan karena para ilmuwan astronomi dan
astrofisika masih menunggu kelahiran bintang baru untuk kemudian mencari
kesamaan secara empiris terbentuknya bumi dan kelahiran atau
terbentuknya bintang baru.
Semua teori terbentuknya bumi dan
planet-planet dalam tata surya yang dimulai sejak pertengahan abad ke 18
sampai akhir abad ke 20 belum ada yang benar-benar memuaskan.
Masing-masing teori dan hipotesis masih memiliki kekurangan dan masih
banyak memerlukan penyempurnaan.
Sekian pembahasan mengenai proses
terbentuknya bumi berdasarkan teori pakar, semoga tulisan saya mengenai
proses terbentuknya bumi berdasarkan teori pakar dapat bermanfaat.
Sumber : Buku dalam Penulisan Proses Terbentuknya Bumi Menurut Teori Pakar :
– Wisny Arya Wardhana, 2010. Dampak Pemanasan Global. Penerbit Andi Offset : Yogyakarta.
0 komentar:
Posting Komentar