DEPOK, KOMPAS.com — Mantan Wakil Presiden Jusuf
Kalla menyindir iklan antikorupsi Partai Demokrat saat kampanye Pemilu
2009. Mengatakan tidak pada korupsi ternyata korupsi.
Menurut
Kalla, krisis kepemimpinan yang melanda bangsa ini bermula dari krisis
kepercayaan masyarakat. Kepercayaan masyarakat kepada pemimpin itu,
kata dia, dinilai dari keselarasan perkataan saat kampanye pemilu dan
perbuatan dalam memimpin setelah dipercaya rakyat.
"Masih hangat dalam ingatan kita suatu yang tidak dilakukan itu. Dulu saat kampanye 'katakan tidak pada korupsi',
tapi kok ternyata melakukan korupsi juga. Akhirnya jatuh
segala-galanya. Ini menyebabkan hasilnya (kepercayaan masyarakat)
menjadi terbalik," kata Kalla dalam kuliah umum Kepemimpinan dengan
Kepercayaan di Balai Sidang Kampus Universitas Indonesia, Depok, Selasa
(26/2/2013).
Kalla mengatakan, dalam mencapai tujuannya, seorang
pemimpin harus mendahulukan kepercayaan. Hal itu, tuturnya, untuk
membina kepercayaan antara pemimpin dan rakyat yang dipimpin.
Kepercayaan masyarakat hanya dapat diperoleh dari keselarasan dalam
perkataan dan perbuatan seorang pemimpin.
"Dalam memimpin, harus
kerjakan apa yang kau katakan dan komunikasikan apa yang dilakukan dan
tidak dilakukan. Ini biasa disebut formula 3 K atau katakan, kerjakan,
dan komunikasikan," tuturnya.
Ketua Umum Palang Merah Indonesia
itu mengingatkan, begitu tidak ada kepercayaan masyarakat, seorang
pemimpin akan kehilangan segalanya. Sebab, kepercayaan masyarakat dapat
diibaratkan napas seorang pemimpin dalam memimpin.
Menurutnya, hal
yang harus dicermati seorang pemimpin adalah menjaga kepercayaan dengan
amanah. Selain itu, kata Kalla, seorang pemimpin harus membina
kepercayaan publik atas dirinya untuk mewujudkan kepemimpinan yang
dipercaya.
"Kepercayaan itu seperti napas, baru kita tahu tidak
ada lagi setelah tidak ada napas itu," pungkasnya.
Rabu, 27 Februari 2013
JK: Katakan Tidak pada Korupsi, Kok Korupsi
Editor :
Ana Shofiana Syatiri
0 komentar:
Posting Komentar