JAKARTA — Ketua Pusat
Pengembangan Strategi dan Kebijakan DPP Partai Demokrat, Ulil Abshar
Abdalla, mengungkapkan Anas Urbaningrum tidak menyetujui skenario yang
dibuat Ketua Majelis Tinggi Susilo Bambang Yudhoyono di Kongres Partai
Demokrat pada 2010 di Bandung.
“Kalau
saja Anas mengikuti skenario yang telah dibuat SBY, polemik ini tidak
akan terjadi,” katanya pada konferensi pers terkait perkembangan politik
Partai Demokrat yang bertajuk ‘Bagaimana Menulis Lembaran Baru &
Memilih Nakhoda Baru,’ di Jakarta, Rabu (27/2).
Ulil
mengungkapkan mantan ketua umum Partai Demokrat itu tidak menuruti
saran majelis tinggi untuk menjadi sekretaris jenderal (sekjen). “Begini
skenarionya, yang diinginkan jadi Ketum itu Andi Mallarangeng, Anas
jadi Sekjennya,” katanya.
Dia juga
mengungkapkan jabatan Anas sebagai ketua umum Partai Demokrat juga tidak
dihendaki SBY. “SBY secara jujur berkata ‘Anas adalah bayi yang tidak
diharapkan’,” katanya.
Namun, dia
mengatakan pihak partai menerima kemenangan Anas pada waktu itu. “SBY
ini sangat sayang sama dua orang ini, Andi dan Anas. Karena itu, ingin
keduanya menjadi petinggi. Tapi, Anas tidak menurut. Kalau saja Anas
menurut, tak ada cerita Nazaruddin jadi bendahara umum, kemudian Ibas
jadi sekjen,” katanya.
Anas
Urbaningrum terpilih menjadi ketua umum Partai Demokrat mengungguli
pesaingnya Andi Mallarangeng dan Marzuki Alie pada Kongres Partai
Demokrat di Bandung, 2010.
Namun, dia
mengundurkan diri dari jabatannya sebagai ketua umum Partai Demokrat
(16/2) setelah ditetapkan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait
kasus Wisma Atlet Hambalang, Bogor.
Dalam pidato pengunduran diri tersebut, Anas dinilai ‘melawan’ lewat pernyataannya yang menyebutkan baru lembaran pertama.
0 komentar:
Posting Komentar