Sabtu, 22 Juni 2019

BAROKALLAHU FIK DEDDY CORBUZIER

BAROKALLAHU FIK DEDDY CORBUZIER

Saya tidak membaca bagaimana Deddy Corbuzier memutuskan menjadi seorang muslim. Tapi, saya bertemu beberapa kali. Umumnya di acara talkshow TV swasta untuk tema politik dan isu-isu aktual. Kesan saya, ia adalah host yang berbakat dan serius belajar tentang tema percakapan.

Perasaan saya berbeda melihat dia akan menjadi Muslim. Kita doakan saja Deddy Corbuzier serius dengan agamanya, tetap rasional dan apa adanya seperti apa adanya ia sebelumnya. Kita doakan dia tidak kecewa dengan wajah massa tetapi terpukau dengan cinta Ilahi.

Saya teringat seorang Margret Marcuse, yang memilih Islam bukan ikut-ikutan. Lalu dia bersyahadat setelah membaca Al-Qur'an. Gadis keturunan Yahudi Jerman ini akhirnya menikah dengan Muhammad Yunus Khan yang memberinya 5 anak. Maududi, ulama besar itu memberinya nama Maryam Jameela.

Maryam Jameela lalu menjadi penulis dan cendekiawan yang serius, ia menulis begitu banyak buku untuk membela iman Islam. Ia sampai pada kesadaran yang sangat kuat untuk berdiri tegak di hadapan pemikiran barat yang pada masa itu tahun-tahun 60-an masih belum terbuka.

Saya tidak membayangkan Deddy Corbuzier akan menjadi Maryam Jameela. Bahkan saya membayangkan dia tetap di layar kaca dan memperkuat posisinya sebagai host bagi acara-acara TV yang bermutu karena hal itu makin langka. Sudah benar beliau di situ.

Sambil mempelajari agama Islam, saya berharap Deddy Corbuzier akan menampilkan wajah lain Islam yang belum tampak. Sesuatu yang juga langka. Islam hari ini, tidaklah mudah dipegang dan apalagi dibela. Tapi bukan berarti bagi orang tertentu itu sulit.

Maka, seraya mengucapkan selamat datang kepada Deddy Corbuzier dengan penuh sukacita kita menyambutnya, semoga kehadiran beliau akan memberi INDONESIA kerukunan beragama yang lebih baik. Semoga suka-cita kita membesarkan jiwanya.

Memilih iman, bukankah peristiwa sosial. Tapi peristiwa yang sangat personal. Tapi, bagi Deddy Corbuzier ia memberi nilai sosial pada peristiwa ini. Sampai kita mendengar ada yang merasa takut ini tersebar. Dan sudah begitu sering kita dengar.

Bangsa ini memang tidak terbiasa memiliki pilihan pribadi. Dan sering kurang menghormati pilihan pribadi.  Iklim memberi ruang pada pilihan pribadi sebenarnya harus dibuka. Asalkan ia dilakukan secara serius dan dewasa publik harus terbiasa menerima. Bukan pilihan konyol.

Bangsa kita harus bergerak menjadi bangsa dengan banyak pilihan, dengan membiasakan inisiatif, inovasi dan kreatifitas bukan komunalitas yang membebek dan mengekor. Lalu kita harus terbiasa dengan pilihan kita jangan lari jika ada masalah diserahkan kepada massa.

Inilah catatan  kecil untuk Deddy Corbuzier semoga Allah SWT memudahkan jalannya dan memberikan kekuatan untuk menempuh segala konsekwensi iman-nya. Barokallahu fikum.

Twitter @Fahrihamzah  20/6/2019

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More