Kamis, 13 Juni 2019

BILA PRABOWO KALAH AKAN SULIT BAGI PRIBUMI BANGKIT !!!!

BILA PRABOWO KALAH  AKAN SULIT BAGI PRIBUMI BANGKIT !!!!

Saya termasuk orang yang menyakini peringatan Probowo bahwa Indonesia berpotensi bubar 2030. Kata bubar disini bukan berarti punahnya NKRI.
NKRI mungkin malah akan jaya tetapi sebagaimana yg Cak Nun – pernah katakan, bahwa saat itu bangsa Indonesia (pribumi) cuma jadi jongos dan kehilangan kendali atas Indonesia.

Saat itulah  Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bermetamorfosis jadi Negara Korporasi Republik Indocina.
Peringatan Prabowo itu mengingatkan kita pada proses kolonisasi Cina atas Singapura.
Giliran kolonisasi Indonesia oleh Cina bukan suatu hal yang mustahil. Proses menuju itu dilakukan dalam  empat tahap.

EMPAT TAHAPAN MENUJU KEPUNAHAN

Tahap pertama, yakni melalui dominasi ekonomi. Tahapan ini  telah mereka lewati dengan sukses. WNI turunan Cina sukses  menguasai 85 % sector ekonomi. Hulu dan Hilir. Sudah tidak ada lagi sector yang tidak mereka rambah dan kuasai. Mulai dari bisnis perbankan, agri bisnis, bisnis property, pabrikan, perhotelan, ekspor-impor, otomotif, perkebunan, kehutanan, pertambangan,  media massa,  hingga ke hal yang paling mendasar dan strategis, yakni jadi agen, pedagang menengah, eceran  dan distributor serta eksportir dan importir kebutuhan  sembako, seperti minyak makan, beras, gula, garam, bawang putih dan merah dll.

Tahap kedua yakni penguasaan tanah. Oleh sebuah badan dunia, sebagaimana yang dikutip oleh Amien Rais, saat ini tanah negeri ini mulai dari hutan dan lahan pertanian serta pertambangan 74 % dikuasai mereka. Artinya apa, bahwa negeri ini sudah kehilangan kedulatan atas sumber daya alamnya.

Tahap Ketiga yakni demografi. Beberapa tahun belakangan ini  populasi  orang cina melonjak pesat di sejumlah kota besar Indonesia,  seperti Medan, Jakarta, Surabaya, Bali, Semarang, Bandung, Menado,  Pekan Baru dan Kepulauan Riau. Pesatnya pertumbuhan mereka ditengarai selain  melalui angka kelahiran  yg memang  tidak dibatasi pemerintah -- diduga masuk  melalui  gelombang imigran gelap setiap tahunnya. Atau  memanfaatkan kebijakan pemerintah(Kepres 20 2018 ttg TKA) --  yg mempermudah masuknya tenaga kerja dari cina dalam kaitannya  dengan banyaknya investasi dan proyek RRC saat ini di Indonesia.

Indikasi politik demografi ini terlihat dari menjamurnya pemukiman2 yang diduga diperuntukkan untuk imigran cina di berbagai kota saat ini. Para pengembang cina sedang giat2nya membangun kota baru buat hunian mereka. Pesatnya pertumbuhan orang2 cina di negeri ini berbanding lurus dengan keberhasilan mereka memiliki dan menguasai lahan hunian yang makin hari makin luas. Baik karena dibeli dengan harga yang menggiurkan dari pribumi maupun dengan cara-cara mafia, seperti penggusuran pribumi secara paksa ala Kali Jodo, Kampung Pulo dan Luar Batang dan Pasar Ikan Jakarta, maupun perampasan tanah negara seperti perampasan tanah PT KAI seluas 8,5 hektar di Medan yang sekarang berdiri megah gedung point center. Belum lagi kasus dugaan  pengalihan fungsi ribuan hectare lahan ex perkebunan negara menjadi perumahaman mahal  di pinggiran kota Medan

Kalau dulu orang2 cina Cuma terkonsentrasi di inti  kota untuk berbinis—sehingga pribumi tersingkir ke pinggiran—saat ini seiring dengan semakin meledaknya jumlah populasi WNI —mereka sudah pula menguasai lahan hunian di pinggiran.  Meningkatnya jumlah populasi dan penguasan mereka akan wilayah, akan mempengaruhi politik demografi.

 Kalau hari ini mereka baru tahap menguasai wilayah, tidak lama lagi karena komposisi penduduk dan luasnya wilayah yang mereka miliki, mereka  segera akan jadi penguasa wilayah tersebut.  Apakah jadi gubernur, walikota  sebagai sebagamana pernah terjadi pada DKI, Kalimantan Barat, Bangka Belitung dan nyaris Medan.

“Kolonialisasi” cina memang lebih halus dibanding dengan Belanda.  Tapi sesungguhnya mereka lebih licik.   Menurut amatan  saya, melalui gelombang populasi itu, saat ini mereka sedang mengembangkan doktrin penjajahan sipil atas Indonesia. Bila  Belanda membawa bedil (tentera) untuk mengkoloni Indonesia. Cina tidak memerlukan bedil untuk mengukuhkan hegomoni politiknyanya di Indonesia— dengan uangnya yang banyak mereka dengan mudahnya bisa “membeli” oknum2 bersenjata bahkan pemimpin negeri utk mengamankan  kepentingan mereka. 

Sekarang  cina2 itu sedang memasuki tahapan keempat. Yakni tahapan menegakkan supremasi politik. Pasca reformasi orang-orang cina mulai memasuki dunia politik. Hasrat memasuki dunia politik ini terkait dengan kesuksesan mereka menguasai ekonomi. Superioritas di bidang  ekonomi itu telah melahirkan  kelompok cina terpelajar. Kelompok ini lah yang mendorong lahirnya superioritas di bidang  politik. Mereka tidak lagi puas mendominasi di bidang ekonomi saja. Mereka ingin  ikut ambil bagian  dalam kekuasaaan.

Dengan uangnya yang banyak dan penguasaan media yang luas, baik koran maupun televise -- politisi2 cina  relative cepat melesat popular. Dalam konteks inilah Ahok muncul dan hadir sebagai syimbol  kebangkitan superioritas  politik cina di Indonesia. Target para politisi cina itu menurut dugaan saya  bukan cuma mendudukkan Ahok Gubernur DKI, tapi menjadikan Ahok jadi RI -1.   Karena itulah sosok Ahok dipoles sedemikian rupa sebagai Mr. Clean. Anti korupsi. Walaupun kenyataannya Ahok diduga terlibat korupsi sumber waras.

 Alhamdulilah, mulut najis Ahok keseleo. Ahok kalah dan “masuk” makobrimob.
Namun hilangnya kesempatan Ahok tidak otomatis mematahkan ambisi Cina melanjutkan rencana mereka mengujudkan doktrin penajajahan sipil mereka atas negeri ini. Tidak.

Melalui politik populasi, saya memperkirakan, kalau pemerintahan Jokowi tidak segera mengeluarkan regulasi membatasi jumlah keberadaan orang cina di Indonesia – kalau pemerintah tidak segera melakukan kebijakan merazia dan memulangkan imigran gelap yg masuk ke Indonesia – kalau pemerintah masih ngoyo dan ngeyel mempermudah masuknya tenaga kerja cina yg tidak dibatasi masa tinggalnya – saya memperkirakan pasca pilpres 2019 negeri ini akan dibanjiri bangsa cina. Jumlah mereka bisa lebih banyak atau menyamai jumlah pribumi.

Target mereka ialah memenangkan capres dari kalangan bangsa mereka sendiri pada Pilpres 2024 dan seterusnya.

Jadi pantaslah seeorang Prabowo mencemaskan bahwa Indonesia  akan bubar 2030. Saya pikir kecemasan yang disuarakan Prabowo adalah juga kecemasan kita semua. Kecemasan ratusan juta anak bangsa.
Semua tentunya terpulang kepada kesadaran para pribumi. “kami sudah kerjakan apa yang bisa kami kerjakan. Sekarang kaulah yang tentukan arti nilai tulang tulang berserakan”…..ucap Khairil Anwar. Apakah kemerdekaan yang ditebus oleh pendahulu2 kita dengan mengorbankan nyawa dan darah akan kita biarkan dirampas mereka ?
Hanya tinggal satu cara untuk mencegah agar Indonesia tidak bermetamorfosis jadi “NKRI”, memenangkan Prabowo pada Pilpres 2019 ini. Bersama Prabowo kita rebut kembali kedaulatan yg dirampas para korporat.

@buyung tanjung

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More