Selasa 29 Muharram 1435 / 3 December 2013 10:00
SELAMA 16 tahun pertama kehidupannya, Sarah Joseph merasa sebagai
hanya jadi manusia biasa saja. Sarah remaja sangat dalam berbagai
kegiatan agama, sosial, dan politik. Keluarganya sangat liberal dan tak
peduli agama.
Pada usia 13 tahun, kakak kandung Sarah masuk Islam. Waktu itu karena
alasan perkawinan. “Saya sangat membenci keputusannya. Waktu itu dia
saya tuduh menjual keyakinan hanya karena wanita. Saya masih takut kala
itu. Sebab Islam sangat asing, dan saya banyak membaca sisi negatif
tentang Islam,” tutur Sarah.
Tapi pada satu titik, ia akhirnya keluar dari Kristen. Sarah
berpikir, Kristen sangat sentralistik. “Namun waktu itu saya belum
memilih Islam. Waktu itu saya ‘kosong’. Saya masih berusaha mencari
Tuhan,” terang Sarah.
Dalam pencarian itu, menurut Sarah, Islamlah yang kemudian lebih dulu
mengalir dalam hatinya. “Islam menjawab semua pertanyaan saya. Terutama
tentang Trinitas. Satu hal lagi, Al-Quran tidak mengalami perubahan
sama sekali, lain dengan Bibel. Perlahan, saya menemukan jawaban tentang
Islam yang telah mengendap sekian lama,” ujarnya lagi.
Sarah masuk Islam di usia sangat belia yakni pada usia16 tahun. “Saya
hidup selama 16 tahun tanpa Islam. Jadi manusia biasa, menjadi seorang
wanita, seorang ibu, dan editor di London. Semua hal itu telah membentuk
saya menjadi seorang pribadi yang luwes. Akan tetapi peran saya sebagai
seorang ibu terbentuk saat menjadi Muslim,” kata Sarah.
Apa yang membuat Sarah masuk Islam? Ternyata hanya sebuah peristiwa
yang biasanya dianggap ‘kecil’. Ia melihat orang shalat, dan ketika
melihat orang-orang bersujud, ia merasa tersentuh. “Itu adalah bentuk
‘kerendahan diri’. Saya kira inilah yang disebut ‘kepatuhan’ atau
ketundukan sebagai seorang hamba,” ujar Sarah.
Yang pertama menolak adalah kedua orang tuanya. Ketika Sarah
mengenakan jilbab, orang tuanya mengucapkan “belasungkawa.” Perlu waktu
beberapa tahun bagi keluarga Sarah untuk bisa memahami pilihan Sarah.
“Tapi kini mereka sangat bahagia. Mereka senang dengan jalan hidup yang
saya pilih dan ternyata itu bagus. Begitupun, sayangnya mereka belum
menunjukkan sinyal untuk memeluk Islam,” ujar Sarah.
Tahun 1992 Sarah menikah dengan Mahmud, seorang pria Inggris
keturunan Bangladesh Mahmud bekerja sebagai pengacara. Orangtua Mahmud
datang ke Inggris sekitar tahun 1960. Keluarga Sarah mulai menerimanya,
karena penampilan Mahmud yang moderat. Kini pasangan itu telah
dianugerahi tiga orang anak, Hasan (11), Sumayah (8), dan Amirah (5).
Jurnalis Produktif dan Terbitkan Majalah Islam
Di Inggris, Sarah adalah seorang jurnalis produktif. Setelah masuk
Islam, Sarah tidak meninggalkan minat dan keahliannya itu. Ia mendirikan
Majalah Emel yang sangat terkenal di Britania Raya. Majalah ini
mengupas seputar gaya hidup Islam. Lewat majalah ini, Sarah ingin
mengenalkan Islam pada Barat yang selalu menggambarkan Islam sebagai
agama teroris.
Emel sendiri merupakan singkatan dari Muslim Life (EM dan EL).
Rubrik-rubriknya menampilkan gaya hidup Islam menyangkut fashion,
desain interior, keuangan, wirausaha, kesehatan, makanan, hingga kisah
perjalanan. Lalu ada juga rubrik berkebun dan feature tentang
penemuan-penemuan ilmuwan Muslim di masa lampau.
Emel pertama kali diterbitkan tahun 2003 dan hanya ada di toko-toko
buku yang khusus menjual buku-buku Islam saja. Namun dalam
perkembangannya ternyata non-Muslim pun menyukai majalah itu. Sehingga
sejak September 2005 distribusinya mulai diperluas untuk umum. Catatan Wikipedia, kini Emel memiliki sirkulasi di 30 negara. Majalah ini juga bisa diakses di internet.
“Hari ini berita-berita tentang Islam identik dengan pembunuhan,
penganiayaan, dan sejenisnya. Kami ingin tampilkan sesuatu yang lain.
Hal-hal normal yang berlaku dalam Islam, yang tak banyak diangkat. Kami
tujukan majalah ini utamanya bagi kalangan muda,” terang Sarah. [muslim
village/bbcnews]
0 komentar:
Posting Komentar