Kunjungan Kapolri hingga Kepala BIN ke Makkah, Gencatan Senjata Jokowi-HRS?
Habib Rizieq Syihab bukan orang biasa. Itu kalau kita melihat deretan tamu yang menyambangi kediamannya di Mekkah, Arab Saudi, setiap hari.
Ratusan orang rela antre mengular sejak siang hingga malam. Kebanyakan jemaah umrah yang meluangkan waktu bertemu Rizieq untuk sekadar bersilaturahmi. Namun sejumlah kecil lainnya, tidak. Mereka datang dengan misi khusus, seperti Kepala Badan Intelijen Negara Jenderal Budi Gunawan dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
“Istana berkomunikasi dengan Rizieq lewat utusan-utusannya. (Kapolri Jenderal) Tito (Karnavian) pernah ke sana. Budi Gunawan juga. Tidak dalam waktu bersamaan,” kata seorang politikus yang beberapa waktu lalu bertandang pula ke rumah Habib Rizieq di Mekkah.
Ia hanya mau dikutip dalam kondisi anonim. “Intinya simpel, ini jelang pemilu,” imbuhnya.
Informasi itu dibenarkan salah satu pengacara Rizieq, Kapitra Ampera. “Iya (Budi Gunawan bertemu Rizieq),” ujarnya, Kamis (10/5).
“(Memang) ada utusan aparat ke Habib Rizieq. Pejabat intelijen dari BIN, mungkin,” kata Usamah Hisyam, Ketua Umum Persaudaraan Muslimin Indonesia (Parmusi) yang selama ini kerap menjembatani Joko Widodo dan Rizieq Shihab.
Budi Gunawan, menurut sumber kumparan, diam-diam telah beberapa kali menemui Rizieq. Pertemuan itu tak banyak terendus, berbeda dengan rumor perjumpaan Tito dan Rizieq yang sempat ramai diberitakan.
Maret 2018, Tito berangkat ke tanah suci bersama Wakil Kepala Badan Intelijen dan Keamanan Polri Irjen Lucky Hermawan. Mabes Polri berdalih, mereka pergi umrah.
Utusan sekelas Tito dan BG tentu tak main-main. Khusus Tito, ia punya posisi istimewa di hati Rizieq. Mereka berhubungan baik sejak lama, jauh sebelum Tito menjabat Kapolri.
“Habib Rizieq cerita, sudah kenal Tito sejak Tito masih pangkat kapten. Sudah (berinteraksi) dalam beberapa kasus. Habib Rizieq kan dulu pernah ditahan dua kali,” kata Usamah.
Tito dan Rizieq, ujar sumber kumparan, sesungguhnya berteman. Itu pula yang membuat Rizieq mau mendengar ucapan Tito dan secara pribadi rutin berkomunikasi dengannya, sehingga bersedia menahan diri soal Jokowi--untuk saat ini.
Untuk apa Tito sampai Budi Gunawan menemui Rizieq?
Stabilitas politik dalam negeri jadi alasan utama, sebab pemilu sudah dekat dan figur Habib Rizieq makin menjelma oposan. Meski ia jauh di mata, ucapan dan pendapatnya didengar berbagai kelompok di seberang pemerintah.
Lawan politik Joko Widodo berbondong-bondong menemui Habib Rizieq di Mekkah, semacam hendak bertemu konsultan politik atau meminta restu politik, berharap pertemuan dengan Habib Rizieq dapat mendongkrak pamor mereka di pemilu legislatif atau pemilu kepala daerah.
Pemerintah bukannya tak sadar dengan hal itu, dan karenanya membangun komunikasi dengan Habib Rizieq guna menetralisasi situasi politik.
Hasil komunikasi berkala antara utusan pemerintah dan Habib Rizieq untuk sementara ini berbuah manis: Habib Rizieq tidak pernah mengkritik dan menyerang pribadi Joko Widodo secara terbuka. Di sisi lain, kasus hukum Habib Rizieq mulai dihentikan.
Sejak dulu, menurut seorang sumber, Rizieq Shihab tak berniat memusuhi Joko Widodo. Hanya saja, ujarnya, orang-orang di sekitar Joko Widodo menganggap Rizieq Shihab berbahaya.
Pada titik ini, Usamah Hisyam masuk menjadi jembatan antara Joko Widodo dan Rizieq Shihab. Ketua Parmusi itu sejak Pemilu Presiden 2014 mendukung Joko Widodo, meski banyak ormas Islam berada di kubu Prabowo Subianto.
“Kalau semua memusuhi Joko Widodo, dia akan mengalienasi ormas Islam. Padahal dalam konsep kenegaraan, Islam juga harus dekat dengan kekuasaan untuk memengaruhi dakwah,” kata Usamah kepada kumparan di kantornya, Jagakarsa, Jakarta Selatan.
Itu sebabnya Usamah dengan sengaja mendekat ke Joko Widodo. “Saya tidak pernah berada di lingkaran kekuasaan, tapi saya berusaha terus untuk bisa mengakses dalam rangka memengaruhi kebijakannya agar tidak memusuhi Islam, dan memihak umat Islam.”
Sejak Lebaran 2017, Usamah sudah tujuh kali bertemu Joko Widodo dan tiga kali bertemu Rizieq Shihab di Mekkah. Pertemuannya yang terakhir dengan Joko Widodo berlangsung di Istana Bogor bersama lima tokoh ormas Islam alumni Aksi 212.
“Pertemuan (di Bogor) itu atas mediasi Usamah Hisyam. Dia mediator, di tengah-tengah antara yang dekat sama Joko Widodo dan dekat sama kami. Istilahnya, kami sama-sama ingin menjalin kebersamaan biar Joko Widodo nggak salah paham,” kata Novel Bamukmin, Juru Bicara Persaudaraan Alumni 212.
Peran Usamah di tengah sebagai sosok yang aktif menjembatani komunikasi antara Alumni 212 dengan Presiden Joko Widodo, diakui Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa (GNPF) Ulama, Yusuf Martak.
“Dia (Usamah) punya kedekatan dengan para ulama dan presiden,” ujar Yusuf.
Itu sebabnya Usamah menjadi mediator antara ormas-ormas Islam penyokong gerakan 212, dengan Joko Widodo. Pertemuan di Istana Bogor akhir April itu menjadi indikasi mencairnya hubungan kedua pihak.
Minggu (22/4), pukul 10.30 WIB, enam tokoh yang mewakili masing-masing organisasi eks Aksi 212 berkumpul di Hotel Salak, tak jauh dari Istana Bogor.
Selain Usamah Hisyam dari Parmusi, ada pula Ketua GNPF Ulama (dulu GNPF MUI) Yusuf Martak, Ketua Umum FPI Sobri Lubis, Ketua Presidium Alumni Aksi Bela Islam 212 Slamet Maarif, Sekretaris Jenderal Forum Umat Islam Muhammad Al Khaththath, dan Pemimpin Pondok Pesantren Az-Zikra Abah Raodl Bahar.
Mereka berdiskusi selama setengah jam, sebelum bersama-sama meluncur ke Istana Bogor dalam satu mobil. Keenam tokoh tersebut hendak menyampaikan aspirasi kepada Presiden.
Mereka meminta Joko Widodo menghentikan--apa yang mereka sebut sebagai--kriminalisasi ulama. Di dalamnya, tentu saja, termasuk kasus yang menjerat Rizieq Syihab dan membuatnya menyingkir ke Saudi.
“Kriminalisasi itu merugikan Presiden. HRS (Habib Rizieq Syihab) hijrah ke Mekkah dan tambah banyak dikunjungi orang. Prasangka (jatuh) ke Presiden,” kata Al Khaththath kepada kumparan di Masjid Baiturrahman, Saharjo, Jakarta Selatan.
Selama ini Rizieq tak mau kembali ke Indonesia karena kasusnya yang paling bikin riuh, chat mesum baladacintarizieq, ia sebut sebagai rekayasa otoritas berkuasa.
“Banyak yang bilang, kalau enggak salah ngapain takut? Tapi bagaimana bisa menerima proses hukum adil kalau sudah ada rekayasa kekuasaan? Itu kan membahayakan Habib. Ia terdesak,” kata Sugito Atmo Prawiro, pengacara Rizieq, secara terpisah.
Atas alasan itu, Rizieq kemudian mengambil strategi ‘hijrah’ ke Mekkah. “Rasulullah juga saat terdesak di Mekkah, pindah ke Madinah,” ujar Sugito.
Taktik itu jitu bagi Rizieq. Alih-alih terancam dibui di tanah air, di Mekkah ia leluasa bergerak dan berkomunikasi, menjelaskan kepada tamu-tamunya cerita versi dia yang amat mungkin berbeda dengan keterangan pemerintah.
Kini, guna membuka jalan pulang bagi Rizieq, tokoh-tokoh alumni 212 meminta ‘kriminalisasi ulama’ dihentikan.
Sejak Juli 2017, kata Usamah, Joko Widodo sudah menunjukkan itikad baik. Usamah ingat pernah mendengar langsung arahan Joko Widodo kepada Menteri Sekretariat Negara Pratikno, “Coba Pak Tik, hubungi Kapolri. Sampaikan bahwa ada keinginan Presiden untuk menyelesaikan kasus hukum para ulama ini.”
Sementara Juru Bicara Presiden Johan Budi menyatakan, “Presiden telah menegaskan tidak mau intervensi hukum terhadap kasus siapa pun, termasuk Rizieq Syihab, dan menyerahkan sepenuhnya pada profesionalitas Polri.”
Masalahnya, menurut Usamah, perkara hukum yang menjerat Rizieq bernuansa politik. “Oleh sebab itu proses hukum dan proses politik tak bisa dipisah. Harus berjalan bersamaan. Minimal penguasa harus kami beri informasi (dari sisi Rizieq).”
Tiga hari sebelum pertemuan di Istana Bogor, Usamah bicara empat mata dengan Joko Widodo. Dalam pertemuan tersebut, Usamah secara khusus menyinggung kasus hukum yang menjerat Rizieq Shihab.
Kepada Usamah, Joko Widodo berucap, “Dari hati kecil saya yang paling dalam, Pak Usamah, saya tidak ada benci atau memusuhi Habib Rizieq. Saya tidak pernah ada masalah sama sekali dengan Habib Rizieq.”
Malam harinya, Usamah melaporkan hasil pertemuan itu kepada Rizieq via WhatsApp. Rizieq pun membalas dengan tiga emotikon jempol, sembari berpesan, “Pak Usamah, pertemuan dengan Presiden penting, supaya kita bisa tahu sikap langsung Presiden.”
Maka terselenggaralah pertemuan Bogor antara para pentolan Aksi 212 dengan Joko Widodo atas perantaraan Usamah.
Dua pekan kemudian, pengacara Rizieq, Sugito Atmo Prawiro, muncul di Mabes Polri untuk mengambil barang bukti atas dua kasus Rizieq yang ditangani Polda Jawa Barat--dan ternyata telah dihentikan. Terungkap, surat perintah penghentian penyidikan (SP3) diterbitkan Kepolisian sejak Februari 2018.
Kabid Humas Polda Jawa Barat AKBP Trunoyudo Wisnu Andiko menjelaskan, Kepolisian tak memiliki kewajiban untuk mengumumkan SP3 kepada publik. “Kepentingan (untuk menginformasikan) hanya pada pelapor, terlapor, dan jaksa penuntut umum.”
“Kasus (yang di-SP3) menyangkut masalah penodaan terhadap Pancasila dan pencemaran nama baik terhadap orang yang sudah meninggal (Sukarno),” kata Sugito di kantor Bareskrim Polri, Jakarta, Jumat (4/5).
SP3 dikeluarkan karena kurangnya alat bukti. Penyidik telah mengundang ahli bahasa untuk menganalisis ucapan Rizieq, dan menyimpulkan bahwa kalimat yang membuat Rizieq dilaporkan, tak cukup kuat untuk menjebloskannya ke bui.
Sugito menegaskan, SP3 tersebut tak terkait sama sekali dengan pertemuan Joko Widodo dengan para tokoh 212 di Istana Bogor, sebab SP3 sudah keluar sejak tiga bulan sebelumnya.
Alih-alih hasil pertemuan Bogor, SP3 Rizieq ialah hasil komunikasi berkala antara Istana dan Rizieq yang sudah dimulai dari jauh hari.
Bukan tak mungkin, kasus-kasus hukum Rizieq yang lain menyusul dihentikan.
“Jauh sebelum saya membuka mediasi ke Istana dan kami (tokoh 212) bertemu Presiden, proses hukum sudah berjalan, bahkan mungkin sudah tuntas. Cuma ini soal momentum mengumumkannya,” kata Usamah.
Pengamat politik M. Qodari tak heran dengan upaya rekonsiliasi antara Joko Widodo dan Rizieq Shihab , sebab gaya kepemimpinan Joko Widodo bukan konfrontatif, melainkan akomodatif.
“Seribu kawan terlalu sedikit, satu lawan terlalu banyak. Jangankan Habib Rizieq, Prabowo saja mau dirangkul,” kata dia.
Merangkul Rizieq merupakan langkah politik strategis. Sebab, Rizieq jadi simbol bagi gerakan-gerakan yang menghantam pemerintah.
“Rizieq adalah opinion leader atau orator lapangan untuk isu-isu kontroversial,” kata Qodari.
Apakah ‘gencatan senjata’ akan berujung kepulangan Rizieq?
“Pasti pulang, karena dia mau turun gelanggang,” ujar seorang sumber.
Sampai saat ini, ujarnya, Rizieq terus memantau perkembangan politik di tanah air jelang Pemilu. Ia akan menentukan arah massa 212 melalui Musyawarah Kerja Nasional Persaudaraan Alumni 212 yang rencananya digelar pertengahan 2018.
(KUMPARAN, PORTAL-ISLAM)
0 komentar:
Posting Komentar