Sabtu, 19 Mei 2018

POPULARITAS HTI BERKELAS

POPULARITAS HTI BERKELAS

Oleh : Dian AK (Women Movement Institute)

Hizbut Tahrir Indonesia merupakan ormas yang populer akhir-akhir ini. Keberadaan HTI yang sudah lama ada di Indonesia sejak tahun 90-an ini tak pernah mendapat rapot merah atau terkesan tak pernah diperhatikan. Hingga akhirnya keberadaannya dirasa membahayakan dan diputuskan pembubarannya. Banyak media memberitakan kasus ini termasuk media internasional (baca: Washington Post, Al-Jazeera, Vice.com). Media itu menyoroti kasus ini sebagai pembungkaman berekspresi di Indonesia dan tak sedikit yang berpandangan kasus ini dilatarbelakangi oleh kasusnya Ahok.

Terlepas dari kasus di atas, keberadaan HTI bak seorang artis selalu menjadi perbincangan, tiap media terus memberitakannya bahkan tak absen untuk mengundangnya. Tak hanya organisasinya yang semakin tenar, ide-idenya semakin membumbung tinggi apalagi pasca dibahas dalam persidangan gugatan pembubaran HTI. Tak sampai di situ ikon jubir HTI pun melekat kuat pada sosok Ismail Yusanto. Dan orang-orang yang mendukung HTI  semakin bertambah tak memandang perbedaan organisasi.

Ada sisi kekaguman melihat gerakan yang bergerak dalam politik ini, setidaknya ada tujuh hal.

Pertama, elegan dalam menyampaikan pandangannya. Tak dipungkiri masyarakat yang sudah terpapar sekulerisme ini tak mudah untuk menerima Islam sebagai sebuah aturan kehidupan. Bahkan tak jarang banyak gerakan Islam yang menghindari bahasan politik dalam berdakwah. Hal ini tak berlaku bagi organisasi yang satu ini, HTI justru kental membahas aspek-aspek duniawi (politik, ekonomi, pendidikan, hukum, dsb) menjadi sarapan sehari-harinya untuk dikupas dari sisi Islam. HTI sangat ciamik dan piawai membungkus Islam Ideologis dengan bahasa yang mudah dipahami masyarakat. Tak mengherankan apabila pandanganya ditunggu banyak kalangan terutama permasalahan-permasalahan yang up to date. Para pengamat pun selalu disandingkan dalam berbagai diskusi baik di media online maupun offline.

Kedua, konsisten memperjuangkan syariah Islam dalam bingkai Khilafah. Khilafah yang dikonotasikan negatif oleh dunia tak menjadi batu sandungan bagi HTI untuk melepaskan ide ini guna lebih mudah diterima dakwahnya oleh masyarakat. Karena pada dasarnya ide Khilafah adalah denyut nadinya HTI. Menurutnya Khilafah adalah ibu pertiwinya kaum muslim, sehingga apabila kaum muslim tak memilliki Khilafah ibarat anak ayam kehilangan induknya, mudah dikoyak negara-negara asing. Maka wajar Barat sangat membenci ide ini, dan akan melakukan segala tindakan untuk membegal dakwah HTI.

Ketiga, HTI diperjuangkan oleh orang-orang yang ikhlas. Tak dipungkiri di zaman Kapitalisme ini sangat sulit menemukan orang-orang yang ikhlas, namun keberadaan orang-orang yang ikhlas dimiliki organisasi ini. Hal ini tak terlepas dari pemahamannya terkait aktivitas apapun harus memiliki keikhlasan yang murni hanya karena Allah apalagi dalam aktivitas dakwah tak boleh mengharapkan imbalan atau bahkan mematok harga. Keikhlasan perjuangan mereka juga tampak pada pemandangan sujud syukur yang dilakukan serempak para anggota HTI di depan Kantor PTUN saat menerima keputusan pengadilan tanggal 7 Mei lalu. Ini sungguh menunjukkan bahwa anggota HTI tak hanya ikhlas namun juga santun jauh dari kesan anarkis bahkan arogan.

Keempat, memiliki ukhuwah yang tinggi. Selintas keberadaannnya tak jauh berbeda dengan organisasi manapun. Namun jika diamati nampak ukhuwah mereka sangat tinggi, hal ini terlihat beberapa kali terlihat foto bersama dan diskusi bersama dengan beberapa petinggi ormas, parpol, bahkan pejabat negara. Hal ini tak terlepas dari pemahaman mereka yang menganggap bahwa dakwah tak melihat perbedaan kelas baik kalangan elite politik hingga rakyat biasa. Sehingga ukhuwah pun harus terus digelorakan kepada siapa saja.

Kelima, terdepan hadir di masyarakat. Setiap masalah muncul, HTI selalu terdepan menguak konspirasi dan menawarkan solusi tuntas. Saat masalah datang, HTI selalu ada tak hanya memberikan problem solving dalam negeri namun juga sigap dalam memberikan solusi terkait permasalahan kekinian di luar negeri utamanya masalah Palestina yang mendapat perhatian lebih dari organisasi ini. Tak banyak pemberitaan yang memberikan applause terhadap kepekaan HTI dalam menanggapi permasalahan masyarakat.

Keenam, getol mempermasalahkan kapitalisme maupun komunisme. Menjadi hal yang baru bagi orang awam ketika mendengar istilah ini. Istilah ini selalu disampaikan HTI tatkala melihat berbagai masalah kehidupan yang melanda tak terlepas dari hubungannya dengan ideologi yang diemban suatu negeri. Menurutnya dua ideologi ini adalah tandingan dari ideologi Islam yang perlu dihapuskan dari dunia, agar umat muslim terbebas dari intervensi dan mampu menjadi negara besar adidaya bak pemimpin dunia.

Ketujuh, kuatnya ikatan antar aktivis HTI. Riuhnya twiteer tanggal 7 Mei lalu yang sempat diambil gambar oleh akun Bang Amir (Socmed Analitic Enthusiast) mampu menembus tranding topic. Menurutnya akun-akun yang mengikuti hastag yang digelorakan HTI hingga memecahkan rekor ini adalah akun terverifikasi. Hal ini berarti akun-akun yang digunakan adalah akun asli bukan akun robot dan ini patut diacungi jempol. Hal ini menunjukkan bahwa ikatan yang dimiliki aktivis HTI sangat kuat, tak hanya terbatas di dunia nyata namun juga nampak di dunia maya. Ikatan yang berlandaskan akidah Islamiyah inilah yang menjadi penyatu dalam menghimpun semangat perjuangan mereka. Maka tak mengherankan jika ikatan ini pula yang ingin diwujudkan untuk menyatukan kaum muslim seluruh dunia.

Agaknya kekaguman ini bisa mematahkan anggapan negatif dan fitnah keji yang dihantam oleh pihak yang tak menyukainya. Masyarakat harusnya openmind dan bersikap obyektif membuka diri mengkroscekkan kebenaran. Tak sedikit pula yang melihat keberanian dan keteguhan HTI, menjadi daya tarik tersendiri bagi masyarakat dan harapan tersendiri untuk membawa Indonesia menuju perubahan yang lebih baik lagi. [*]

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More