Selasa, 30 April 2019

BUNG MACHFUD MD, KAMI 02 MENANG TELAK TAK BUTUH MK UNTUK PUTUSKAN PRABOWO PRESIDEN by Taufik Hidayat

BUNG MACHFUD MD, KAMI 02 MENANG TELAK TAK BUTUH MK UNTUK PUTUSKAN PRABOWO PRESIDEN by Taufik Hidayat

Rabu, 24 April 2019 lalu Machfud MD mengunjungi KPU. Ada urusan dan dalam kapasitas apa cawapres 'gak jadi' 01 ini berkomentar 'gak ada kecurangan masif dan sistematis pada Pemilu 17 April 2019. Seraya meniadakan suara masyarakat tentang banyaknya kecurangan, Machfud MD pasang badan mengajak warga jangan percaya terhadap isu ttg pemilu curang dan memaksa rakyat menghormati proses hukum dan mempersilahkan kubu 02 mengajukan sengketa pemilu di MK nanti.
Mantan Ketua MK ini sepertinya 'buta' bahwa kecurangan 'luar biasa' yang terjadi diberbagai daerah lebih karna pemerintah, aparat polisi dan penyelenggara pemilu tidak netral. Perbuatan melawan hukum berupa kecurangan terjadi diratusan TPS dihadapan aparat polisi dan TNI, padahal ribuan  spanduk terpasang TNI POLRI menjamin keamanan Pemilu 2019 hingga TPS.
Mungkin karna slogannya menjamin hingga TPS, maka setelah kotak suara keluar dari TPS bukan lagi tanggungjawab TNI POLRI. Begitu batasan Tupoksinya.

Bawaslu melalui Gakkumdu sejak proses kampanye hingga hari pencoblosan nampak berpihak ke capres 01 yg juga petahana menolak cuti sbg presiden. Banyaknya fakta kebohongan capres 01, ASN yang tidak netral dan diskriminasi dalam penegakan hukum.
Banyaknya pengaduan masyarakat 'setengah hati' diproses Bawaslu, namun kalo kubu 01 yang melaporkan langsung super cepat diproses. Ini fakta yang terjadi, bukan hoax. Penulis sebagai salah satu inisiator dan pelapor kebohongan Jokowi pada saat Debat Pilpres ke 2, saat Jokowi berbohong soal data import, sengketa lahan dan klaim infrastruktur. Terlapor tidak pernah dipanggil, apalagi diperiksa, berbeda dalam kasus Hoax Ratna Sarumpaet, polisi langsung sigap, hampir semua tokoh elit 02 dipaksa hadir jadi saksi, bahkan yang tidak hubungannya Rocky Gerungpun harus dihadirkan dimuka pengadilan. Ini sebuat parodi sosok Machfud MD yang kecewa batal jadi Cawapres Jokowi.

Sebagai mantan Ketua Tim Sukses Prabowo-Hatta, Machfud MD lupa, bahwa kubu 02 Prabowo sudah pengalaman kapok 'dikerjain dan dibohongi' pada sengketa Pilpres 2014.
Dulu lemahnya Prabowo Hatta kurang memiliki alat bukti formulir C1 dan kelengkapan saksi disetiap TPS. Kesigapan kubu 02 melabrak KPU atas banyak pemilih ganda, DPTT siluman dan orang gila ikut memilih. Sekarang kubu 02 BPN Prabowo Sandi sudah menyiapkan fakta formulir C1 rekapitulasi hasil hitungan capres 01 vs 02 lengkap dgn foto Form.C1 nya.
Kecurangan tidak berakhir di tingkat bawah. Ditemukan banyaknya Gudang Penyimpanan Kotak Suara Siluman, di berbagai gedung aula hingga hotel. Kotak suara yg mestinya diamankan di kecamatan bisa diubah dan dicuri formulir C 1 nya. Bahkan hasil Situng KPU bisa diintervensi dengan ditemukan perbedaan hasil hitung dengan lembaran formulir C 1.  Semua kecurangan semuanya menguntungkan dan menambah suara ke 01 Jokowi Ma'ruf. Dan nyaris tidak ada protes kecurangan dari kubu TKN Jokowi Ma'ruf.

Bila hari-hari ini Tim IT Tabulasi Suara Pilpres BPN 02 mengejar waktu secepatnya menyelesaikan hitungan formulir C 1 hingga 99% maka bisa dipastikan siapa pemenang Pilpres 2019 ini. Hitungan ter update BPN, disekitar 61,56% untuk Prabowo Sandi dan 38,44% untuk Jokowi Ma'ruf. Kubu 02 memenangkan 28 propinsi, termasuk Jakarta dan Jawa Timur. Artinya Prabowo Sandi MENANG MUTLAK & TELAK.
Bagi Mahkamah Konstitusi bila selisih suara Pilpres terlalu jauh, bahkan melebihi 20 % selisih suara tidak signifikan maka tidak perlu digelar Sidang Sengketa Hasil Pilpres 2019. Berbeda di Pilpres 2014 selisih suara dibawah 4% dan pihak yang kalah mengajukan gugatan ke MK.
Dipastikan kubu 02 takkan pernah mengajukan gugatan ke MK, karna sudah menang mutlak.
Begitu Cak Machfud, hanya orang dungu yang mau masuk jatuh ke lubang yang sama. Kecuali anda sudah kehilangan Akal Sehat !!?
(Penulis : aktivis MPRS & Penasehat DPP KOMPAS 02 M-16)
-----------------------------    DIALOG MANUSIA LANGIT

Hari ini saya terisak menahan air mata, menyaksikan dialog seorang ulama yg dicintai ummat dan calon pemimpin negeri yang dirindukan rakyat, dialog yg saya kira  hanya ada di mata pelajaran sejarah, dialog yg tlh usang tersimpan di literatur2 kitab klasik.

Ulama dr tanah melayu yg fisiknya kurus kerempeng, berpenampilan sangat sederhana itu bisa mendongakkan kepalanya penuh izzah menasehati jenderal besar calon pemimpin negeri yang ada dihadapannya dg lugas, tegas, tanpa basa basi, tak ada merasa rendah diri.

Tak ada gemetar sedikitpun dr vokalnya, tak ditemukan kecil nyali dari bahasa tubuhnya, apalagi acting dibuat2.

Jika selama ini ummat melihat ulama keluar masuk istana krn paggilan sang raja, hari ini jenderal senior gagah itu bukan seperti raja atau tuan besarnya tapi lebih terlihat  seperti santri kecil di hadapan sang guru agung.

Gelegar orasi sang jenderal itu lenyap ditelan senyap, berganti tetes air mata mendengar nasihat hikmat ulama kurus itu.

"Jika bapak diberi amanah utk menjadi presiden di negeri ini, berbuat adil dan takutlah pada Allah SWT"

Begitu kurang lebih sepenggal pesan yg menjadikan sang jendral nan gagah dengan suara  menggelegar itu tertunduk khusuk dan haru.

Sang jendaral tahu kerusakan negerinya, dan ia berjuang demi keselamatan negeri dan kemakmuran rakyatnya. Ia butuh dorongan besar utk mewujudkan cita & harapannya. Dan sang ulama mukhlis ini memberinya tambahan kekuatan, moral-spiritual.

“Tolong kalau bapak jadi presiden jangan undang saya ke istana dan jangan jadikan saya pejabat, biarlah saya keluar masuk hutan untuk berdakwah...”

Ini kira2 kalimat  penutup yg dahsyat dr sang ulama. Dukungan nyata tanpa syarat yg melekat utk pribadinya, dukungan itu penuh hanya demi ummatnya.

Saya sangat berterimakasih kepada ulama ini, ia telah mengembalikan literatur sejarah generasi para nabi & salafus sholeh, ia telah menghidupkan kembali dialog peradaban emas kejayaan ummat, di alam akhir zaman.

Sang ulama ini telah sangat berani menebus seluruh isi dunianya demi tegaknya keadilan di negerinya & kemakmuran ummatnya.

Terimakasih UAS, kami ingin mendekapmu, memelukmu, krn kami mencintaimu.

Jika aku tak setegap dan seberani engkau yg menasehati jenderal besar itu, maka cukuplah tulisan ini menjadi saksi, kami semua dibelakangmu. Telah aku kirim tulisan ini ke saudara2ku sesama anak negeri.

Dan, jika anda telah membaca pesan ini tapi enggan meneruskan ke saudara & teman2 yg lain, masih layakkah anda berada di barisan para pejuang kebenaran?
Tabarakallahufikum.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More