Selasa, 19 Februari 2019

KEKACAUAN DATA DAN SESAT LOGIKA PETAHANA.

KEKACAUAN DATA DAN SESAT LOGIKA PETAHANA.

Mr Jokowi menyampaikan beberapa kesesatan data pada Debat Kedua Capres :
1. Tahun 2018 total impor jagung 180.000 Ton, padahal data sahih menunjukkan impor jagung semester 1 saja 331.000 Ton dan Total impor jagung tahun 2018 sebesar 737.228 Ton.
2. Jokowi menyampaikan total produksi beras Tahun 2018 sebesar 33 juta Ton dan Total Konsumsi 29 juta ton, padahal data yang benar adalah data konsumsi beras nasional 2018 sebesar 33 Juta Ton dan Data produksi plus impor sebesar 46,5 juta Ton.
3. Jokowi menyatakan telah membangun lebih dari 191.000 KM jalan desa, padahal itu adalah total jalan desa yang dibangun sejak Indonesia merdeka, sejak jaman Presiden Soekarno, Soeharto, Habibie, Megawati, SBY dan Jokowi.  Sebahagian malah dibangun oleh penjajah Inggris, Belanda dan Jepang.  Mengapa diklaim semuanya tanpa sisa?
4. Presiden menyatakan bahwa kolam bekas galian tambang sebagian telah dialih-fungsikan diantaranya untuk kolam ikan, padahal berbagai literatur menunjukkan bahwa area bekas tambang tidak bisa digunakan untuk apapun, karena terpapar radiasi, itu kolam di daerah tambang yang mana? bisa tunjukkan? atau mungkin yang dimaksudkan kolam bekas tambak?
5. Jokowi menyatakan telah membangun infrastruktur internet jaringan 4G 100 persen di Barat, 100 persen di tengah dan 90 persen di timur, Padahal data menunjukkan kurang dari 20 persen kabupaten dan kota bisa mengakses signal 4G, itu data dari mana? Pak Rudiantara? yang gaji kamu siapa?
6. Akses internet sudah sampai ke desa-desa, banyak produk pertanian memiliki market place sehingga mendapat harga yang bagus karena memotong rantai distribusi.  itu dapat informasi darimana dan dari siapa? karena dari keseluruhan market place online produk pertanian kurang dari 1 persen dan sisanya 99 persen offline, itupun harga jual ditingkat perani rata-rata hanya 10 persen dari BEP bahkan ketika panen raya harga jatuh menjadi kurang dari 50 persen BEP.
7. Presiden tidak bisa membedakan status kepemilikan tanah, antara HGU dan SHM, terjadi kekacauan pemahaman, apakah Menyeri Agraria tidak memberikan informasi dan brief yang cukup tentang status jepemilikan tanah Prabowo di Kaltim dan Aceh?
8. Pak Jokowi mengklaim bahwa pemerintah memenangkan gugatan 18-19 Triliun akibat kerusakan lahan, namun greenpeace meluruskan bahwa tak satupun dari gugatan itu dibayarkan.  Lalu bagaimana dengan kerusakan lingkungan freeport senilai 185 Triliun? apakah sudah digugat?
9. Presiden menyatakan bahwa di negara maju butuh 10-20 tahun untuk memindahkan masyarakat dari mobil ke LRT/MRT, bisa disebutkan itu di negara mana? Jika butuh 10-20 tahun dan pembiayaan dengan hutang bagaimana status pembayarannya? kapan BEP? dan bagaimana kondisi LRT/MRT setelah 10-20 tahun? apakah benar itu hasil feasibility study, DEDC, DEEC?
10. Presiden menyatakan bahwa impor dilakukan untuk cadangan pangan, padahal overstock, bagaimana business processnya? lalu dikemanakan hasil impor sebanyak itu? operasi pasar? atau bagaimana?  Lalu bagaimana dengan impor daging yang menggila? bahkan dilakukan dari India yang belum bebas Penyakit Mulut dan Kuku yang justru berbahaya bagi masyarakat yang mengkonsumsi? kalu kenapa impor garam dan ikan juga?
11. Presiden menyatakan sejak 2015 tidak pernah terjadi kebakaran hutan, padahal data menunjukkan bahwa pada tahun 2016-2018 telah terjadi kebakaran lebih dari 30.000 hektar lahan hutan.  Apakah Menteri Kehutanan tidak menginformasikan ini?
12. Jam 12 malam presiden blusukan bersama supir seorang diri ke pelabuhan, itu bertemu siapa? karena tengah malam itu seluruh nelayan dipastikan sedang melaut? atau bertemu nelayan jadi-jadian?
13. Presiden menyatakan produksi sawit 46 juta ton melibatkan 16 juta petani.  Itu data darimana? sebab data sahih menunjukkan 97 persen lahan sawit milik perusahaan baik swasta maupun asing.  Mungkin 16 juta itu maksudnya buruh? maka perlu saya luruskan bahwa 16 juta itu adalah jumlah populasi di kawasan perkebunan sawit, antara lain penduduk, buruh dan keluarganya, dan jumlah buruh sawitpun mungkin tidak lebih dari seperenpat dari 16 juta itu.  Apakah presiden tidak bisa bedakan antara masyarakat disekitar areal perkebunan, petani, buruh tani dan keluarga buruh tani?

Bagaimana bisa seorang presiden kacau dalam hal data? dan kekacauannya sangat fatal dan luar biasa sesatnya.  Padahal seorang Presiden seharus mempunyai data yang justru lebih valid dari siapapun karena dia menguasai seluruh akses data.

Sayang seribu sayang, sangat mengecewakan seorang presiden fakir data dan fakir informasi seperti ini di depan seluruh rakyat, dan hebatnya tanpa dosa.

Masih banyak hoax petahana yang ingin saya sampaikan, namun saya malas menyampaikannya, karena bisa jadi jika diperiksa seluruh yang disampaikan adalah hoax..

#2019PrabowoPresidenRI

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More