Senin, 11 Februari 2019

Oleh : Septa Yunis (Staf Khusus Muslimah Voice)


Oleh : Septa Yunis
(Staf Khusus Muslimah Voice)

Rezim saat ini memang pantas disebut rezim dzolim. Kebijakannya yang menyengsarakan rakyat kian membabi buta. Pajak yang semakin digencarkan, dari mahasiswa sampai selebgram. Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak atau Ditjen Pajak Kementerian Keuangan melihat fenomena selebgram sebagai potensi penerimaan pajak dari wajib pajak (WP) orang pribadi yang memperoleh penghasilan. (liputan6.com).

Impor komoditas pangan juga tetap dijalankan meskipun stok masih menumpuk. Bahkan stok tersebut sampai membusuk. Tim Sergap Mabes TNI menemukan sebanyak 6.000 ton beras rusak atau busuk. Beras busuk itu ditemukan di gudang penyimpanan milik Bulog Sub Divre Ogan Komering Ulu, Sumatera Selatan, yang terletak di wilayah Kabupaten OKU Timur. (Republika.co.id)

Dengan adanya impor, akibatnya banyak merugikan petani. Lagi-lagi rakyat yang harus menanggung penderitaan. Ditambah lagi utang yang semakin menggunung menambah beban ekonomi masyarakat. Dengan tidak sadar rakyat dipaksa membayar utang negara melalui pajak.

Selain itu, janji-jani yang tak kunjung ditepati, bahkan ada yang dingkari semakin membuat rakyat muak dengan kepemimpinan rezim dibawah sistem yang rusak bernama demokrasi. Rezim dictator layaknya kepemimpinannya fir’aun, ya nama itu yang pantas untuk menggambarkan rezim saat ini. Sewenang-wenang, jika itu mengganggu kepentingan rezim akan segera dilenyapkan. Hal ini terbukti dengan menerbitan Peraturan Pemerintah Pengganti UU atau Perppu 2/2017 tentang organisasi kemasyarakatan.

Yang menjadi sasaran rezim adalah organisasi Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Pasalnya organisasi ini sangat massif mengkritik kebijakan pemerintah yang terus menerus menyengsarakan rakyat. Hal ini membuat rezim risih dan berujung pencabutan BHP HTI. Tidak hanya HTI yang jadi korban, bisa jadi ormas-ormas lain akan terancam jika tidak sejalan dengan rezim.

Masih banyak kedzoliman rezim yang terus diperlihatkan. Baru-baru ini rezim mempermainkan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir. Rezim yang katanya akan membebaskan Ustadz Abu Bakar Ba’asyir dengan pertimbangan kemanusiaan, namun rezim mengurungkan niatnya dengan alasan masih mempertimbangkannya kembali dan akhirnya pembebasan itu hanya sekedar ilusi yang tidak terjadi.

Masihkah mempertahankan rezim yang kian dzolim? Tidakkah kita tahu kedzoliman-kedzoliman itu sungguh nyata di depan mata? Memilihnya kembalipun adalah sesuatu yang haram. Karena akan banyak sekali kemadhorotan yang akan terjadi. Oleh karena itu, siapa pun dari kaum Muslim haram cenderung kepada orang zalim dan kezalimannya. Sebabnya, hal itu akan menyebabkan mereka dibakar api neraka dan tidak akan diberi pertolongan (QS Hud [11]: 113).

Rasul saw. pun memberitahukan ancaman kepada siapa saja yang mendukung penguasa zalim. Beliau bersabda:

“Akan ada sepeninggal aku nanti para pemimpin. Siapa saja yang menemui mereka, lalu membenarkan kedustaan mereka dan membantu mereka dalam kezaliman mereka, maka dia bukan bagian dariku; aku pun bukan bagian dari dirinya dan dia tidak akan menemuiku di telaga surga.” (HR at-Tirmidzi).

Karena itu kaum Muslim harus tetap berpihak pada kebenaran dan keadilan. Mereka harus tetap berpegang pada ajaran Islam, pada al-Quran dan as-Sunnah. Itulah yang lebih baik di sisi Allah SWT. Rasul saw. bersabda:

“Ingatlah, sungguh poros Islam itu berputar. Karena itu berputarlah kalian bersama al-Kitab. Ingatlah, sungguh kekuasaan dan al-Kitab akan berpisah. Karena itu janganlah kalian memisahkan dari al-Kitab. Ingatlah, sungguh akan ada atas kalian para pemimpin, jika kalian menaati mereka, mereka menyesatkan kalian, dan jika kalian menyalahi mereka, mereka memerangi kalian.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, lalu bagaimana kami berbuat?” Beliau menjawab, “Bersikaplah seperti para sahabat Isa bin Maryam. Mereka disisir dengan sisir besi dan diikat di atas kayu. Mati dalam ketaatan kepada Allah lebih baik daripada hidup dalam maksiat kepada Allah.” (HR ath-Thabarani, Ibnu Asakir dan Ahmad bin Mani’).

Namun hal ini tidak cukup dengan ganti pemimpin. Sedangkan sistem yang dijalankan tetap sistem yang rusak. Siapapun pemimpinnya jika memimpin dengan sistem yang rusak maka rusak pula kepemimpinannya. Ibaratnya mobil mobil yang mogok, biarpun berapa kali diganti sopirnya tetap saja mobil itu mogok dan yang harus diganti adalah mobilnya bukan sopirnya.

Islam adalah agama yang sempurna dengan segala aturannya. Kepemimpinan di dalam Islam menempatka seorang pemimpin memiliki tanggung jawab besar dalam mengatur kemaslahatan umat. Selain dituntut untuk menjaga eksistensi agama, tugas seorang pemimpin semakin berat ketika ia harus menjalankan roda pemerintahannya sesuai dengan syariat Islam.[]

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More