Rabu, 27 Februari 2019

TANTANGAN "PERANG TOTAL" MOELDOKO DIJAWAB PUISI DOA NENO WARISMAN

TANTANGAN "PERANG TOTAL" MOELDOKO DIJAWAB PUISI DOA NENO WARISMAN
=================
(Iramawati Oemar)
•••••••

"Lu jual, gue beli!" itu kata orang Betawi.
Awalnya, Desember lalu, Erick Tohir sang Ketua Tim Kampanye Nasional KoRuf, menyatakan bahwa pihaknya akan memakai strategi "MENYERANG". Dan..., sejak itu memang "serangan" kepada lawan kian gencar dilakukan.

Rupanya, strategi menyerang saja tidak cukup. Elektabilitas tetap stagnan, popularitas justru jeblok dengan makin banyaknya blunder yang dilakukan para pendukung maupun sang capres petahana sendiri.
Akhirnya, tak cukup hanya Erick Tohir yang menyampaikan, Moeldoko pun tampil ke depan. Tak peduli dirinya adalah pejabat negara, KSP, Kepala Staf Kepresidenan, yang gajinya dibayar pakai uang rakyat, ternyata merangkap sebagai Ketua Harian TKN. Didampingi Erick Tohir, Moeldoko menyerukan "PERANG TOTAL" atau total war. Pihaknya sedang bersiap untuk menghadapi "perang total".

Mengingat saat itu Moeldoko berbicara dalam kapasitas sebagai Ketua Harian TKN, apalagi konpers itu disampaikan usai rapat TKN KoRuf, maka yang dimaksud "PERANG" pastilah PILPRES, bukan? Apalagi kalo bukan pilpres?!
Pilpres = perang, kurang lebih begitu.
Perang total, perang bubat, artinya mereka akan mengerahkan segenap daya upaya dan strategi demi memenangkan peperangan.

Saat itu, pasca pernyataan Moeldoko, sudah ada yang memperingatkan, agar Moeldoko berhati-hati menyerukan perang total, sebab bisa-bisa nanti akan dilawan dengan "jihad qital".
Dari kubu pendukung capres 01 sih fine saja dengan istilah "serem" itu, mereka tak ada satupun yang keberatan jika Pilpres diibaratkan perang.

Namun, sontak kubu pendukung capres 01 kelojotan mendengar puisi yang dibacakan oleh Neno Warisman pada malam Munajat 212, Kamis malam lalu. Mereka heboh luar biasa menanggapi sepotong puisi yang berisi nukilan doa yang pernah dipanjatkan Rasulullah Muhammad SAW pada saat akan menghadapi perang Badar, pada tahun ke-2 Hijriyah. Puisi Neno menyulut reaksi amarah dan tak terima dari kubu pendukung capres 01.

Tak kurang, mereka yang non Muslim atau Muslim abangan yang sama sekali tak pernah tahu, tak pernah mendengar doa itu, mengutuk puisi Neno sebagai doa yang "mengancam" Tuhan.
Hahahaaa... lucu sekali kalau orang tak tahu apa-apa ikut berkomentar.

Setelah nettizen ramai memberikan bukti hadits bahwa puisi Neno itu mengutip doa Rasulullah saat menghadapi perang Badar, maka komentarnya lain lagi. Salah satu elite PBNU, Robikin, turut serta mengomentari. Tidak tepat jika pilpres diandaikan perang. Siapa Robikin ini?
Coba cari di youtube pernyataan Mahfud MD di acara ILC 5 hari setelah dirinya batal dipilih jadi cawapres Jokowi. Nama Robikin termasuk yang disebut-sebut oleh Pak Mahfud dalam testimoninya pada ILC edisi 14 Agustus 2018.
Jadi..., ya tak perlu heran jika sekarang dia ikut memeriahkan komentar atas puisi Neno.
Kemarin kemana saja Pak Robikin, waktu Moeldoko menyatakan perang total. Bukankah itu konteksnya juga pilpres?!

Seorang dari MUI yang dekat dengan Kyai Ma'ruf Amin juga berkomentar senada di acara Kabar Petang TV One, Sabtu sore. Intinya : doa Neno tidak tepat konteksnya jika diucapkan saat ini, karena pilpres ini bukanlah perang.
Lho, bukankah yang lebih dulu menantang perang total justru dari kubu tim sukses paslon capres 01?!
Kemana anda semua ketika Moeldoko menyerukan PERANG TOTAL?! Kenapa tak ada yang keberatan?!
Apalagi Moeldoko masih pejabat istana yang gajinya dibayar oleh negara, uang rakyat! Dimana rakyat pembayar pajak yang uangnya dipakai untuk membayar gaji pejabar negara itu, tidak semuanya mendukung paslon capres 01, artinya mereka termasuk orang/kelompok yang akan diperangi.

Lu jual, gue beli. Kembali ke prinsip itu. Kalau tak mau dibeli, ya jangan jualan!!
Kalau tak mau dijawab, ya jangan menantang.
Kalau sudah mengeluarkan tantangan dengan gagah berani, tapi baru dijawab sepotong puisi doa oleh seorang emak-emak saja sudah blingsatan, sudah mau memperkarakan ke Bawaslu, dll, yaa... itu cemen namanya.
Santai sajalah..., jangan baperan kata Bang Sandi.

Kalau situ bisa ngajak perang total, kami juga bisa BERMUNAJAT seperti munajatnya Rasulullah ketika menghadapi perang Badar dulu.
Lalu kenapa?! Takut?! Ngeri kalau ummat Islam sudah punya ruh "jihad" dalam diri mereka?!
Makanya jangan macam-macam pakai istilah perang total segala!!

Jangan pakai standar ganda : jika kubu sendiri boleh mengibaratkan pilpres sebagai perang, tapi kalau kubu lawan tidak boleh.
Itu namanya mau menang sendiri. Malu aah sama rakyat yang kian hari makin pintar dan cerdas!

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More