Sabtu, 09 Februari 2019

YANG CERDAS, BEDA KELAS

Renungan Rabu pagi

YANG CERDAS, BEDA KELAS

Saat Prabowo mengatakan ada Mark up dalam project LRT, maka berjingkraklah para penghamba penguasa.
Hoax!! Kata mereka. Prabowo menyebarkan kebohongan! Pernyataan ini langsung diekspose oleh gerombolan media seluas  luasnya.
Mereka berharap, elektabilitas Prabowo menurun, karena menyebarkan kebohongan data kepada publik.
Namuuunnnnnnnmn..munculah JK,
Wakil Presiden  memberikan statement yang begitu menghujam dan membuat seisi kolam bungkam.
JK bilang : terjadi mark up biaya project LRT disetiap km nya.
Ngokkk!!! Seisi kolam masuk Lumpur!

Ternyata Prabowo memaparkan Fakta, bukan khayalan seperti Esemka.

Dilain waktu, Prabowo mengutarakan pendapatan Dokter lebih rendah dibanding tukang parkir...
Kembali sekolam ngakak berjamaah, malahan ada yang sampai muntah muntah.
Mereka bilang : Prabowo gak tahu apa apa, data dari mana.
Ngelantur dsb..
Eng ing eeenggg.... selang beberapa waktu, datanglah klarifikasi dari IDI, yang membenarkan kalau dokter hanya mendapatkan 2000 rupiah dari BPJS, malahan banyak dokter yang bergaji dibawah 2jtan per bulan...
Ngookkk...!! Kecebong kembali mandi malu
(Kalau orang mah mandi madu, namun karena kecebong yaa mandinya malu.. )
Mata melotot namun otaknya kosong........

Sementara diseberang Jalan...
Jokowi dengan penuh keyakinan mengatakan ustadz ABB akan dibebaskan.

Yeaahhh.... cebong kembali pesta, Lumpur jadi berasa mentega. Lihat dong jagoan gue, Humanis kaann...
Jebret!!!
Tiba tiba,  pernyataan Jokowi di sliding tackle sama pembokatnya sendiri. Menteri berani merevisi sabda sang atasan tanpa perasaan.
Ter la luuu... dianulir didepan umum!! Ustadz ABB gak bakalan bebas...
Grrrr.... cebong saling sikut, gak tahu siapa yg harus dikutuk. Marwah dan harga diri Presiden dilecehkan oleh koloninya sendiri...

Yang terbaru, 
Kembali Jokowi sesumbar : para penyuluh pertanian akan diangkat jadi PNS.
Gak buang buang waktu, kembali ada Menteri yang beraksi.

Kesian, terlalu!
Apa yang diucapkan presiden bener bener gak dianggap.

Kalau beda pendapat di dalam ruang rapat, itu oke. Tapi kalau merevisi dan menganulir pernyataan presiden di depan publik, itu  namanya gak ada koordinasi, komunikasi dan presiden gak dihargai.
Apa karena sudah sedemikian susah membedakan antara mana salah dan mana yang dusta...

Komparasi yang sederhana,

Disatu sisi, Prabowo bisa melihat fakta, menganalisa data. Kemudian dia berkata, dan mengeluarkan statement.  Dan statement nya itu dikuatkan oleh pernyataan dari sumber sumber yang terkorelasi dan kompeten...

Pernyataan pernyataan Prabowo selalu di framing sebagai sebuah kebohongan, namun pada akhirnya diakui sebagai kebenaran.

Sementara,
Jokowi mengeluarkan statement entah dasarnya apa.
Kalau memang berdasar analisa, maka gak mungkinlah kalau sampai ditentang dan dirontokan oleh menterinya sendiri. Atau para
menteri memang merasa lebih pinter dibanding tuannya???
Pernyataan Jokowi selalu diekspose sebagai hal yg luar biasa. Namun pada akhirnya masyarakat tahu kenyataanya, hanya isapan jempol belaka....

Kembali saya ingat kata kata Fahri Hamzah, bahwa Jokowi dikelilingi oleh orang orang bodoh. Mereka membisikan sesuatu yg seolah olah bisa membuat Jokowi keliatan hebat, namun akhirnya membuat ia harus bersilat lidah.
Seperti halnya Propaganda Russia ini. Yang akhirnya menuai protes dari negara negara yang merasa disinggung...

Disinilah perlunya pemimpin yang cerdas yang bisa memahami dan menganalisa, bukan sekedar menyambung lidah para pembisik.

Blunder dan Blunder lagi dilakukan oleh koloni koalisi...
Bayangin saja, masa ada seorang walikota yang kelakuanya kayak bocah yg kalah main gundu.
" Awas lho, kalau lewat depan rumah gue, gue kepret lo.."
......
" awas...jangan lewat tol buatan Jokowi"...

Ya elaaahhh.... kebayangkan, sekelas walikota saja, nalarnya segitu doang. Apalagi barisannya yang sekolam???

Misalkan lu nih, dari Jkt mau ke Bdg... Mau lewat mana??
Lewat puncak?, buatan siapa? ?
Lewat cipularang? ? Buatan siapa??
Sudahlah, cerdaslah sedikit saja. Emang 5 tahun kebelakang Indonesia gak punya tol?? Gak punya bandara?? Apa Indonesia hanya hutan belantara? ??
(colek Linda Gunawan, yang punya data akurat soal infrastructure aahh....)

Pls deh, hentikan menularkan kebodohan.

Maaf, hal seperti inilah yang membuat aku jengah. Asupan informasi yg salah secara masif dan terus menerus akan membuat masyarakat jadi bodoh permanen.

Kecerdasan itu memang berkelas.
Bukan soal kita lulus pasca sajana atau sekolah dimana. Tapi ini soal State of Mind...

Semangat pagiiii,
mari kita berbicara dengan bernalar serta rasional sehingga akan membangkitkan symfoni  energy positif..........

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More