Senin, 11 Maret 2019

BERAPA SIH, BIAYA PERNIKAHAN ITU ? Luthfi Bashori

https://m.facebook.com/story.php?story_fbid=651578441945262&id=100012793361980

BERAPA SIH, BIAYA PERNIKAHAN ITU ?

Luthfi Bashori

Pernikahan yang terbaik adalah berniat ibadah, baik itu bagi kedua mempelai maupun kedua besan atau kedua orang tua dari masing-masing mempelai. Jika pernikahan itu berniat ibadah, maka biayanya akan menjadi sangat murah.

Namun di saat sebuah pernikahan itu dihelat dengan cara melihat status sosial atau gengsi keluarga, di sinilah biasanya biaya pernikahan bisa membengkak, bahkan berapapun dana yang disiapkan akan habis, bisa-bisa akan kekurangan.

Seringkali masyarakat mendengar berita tentang pernikahan seorang pejabat teras, atau anak pejabat teras, atau mendengar pernikahan seorang artis kondang yang menelan biaya hingga hitungan Miliar rupiah.

Tapi bagi warga desa, terutama dari golongan miskin, atau di kalangan orang-orang shaleh ahli ibadah, maka biaya pernikahan itu bisa ditekan sedemikian rupa hingga tidak memberatkan bagi mereka, karena tujuan utama pernikahan itu adalah beribadah mencari keridhaan Allah, tanpa harus memandang status sosial serta gengsi keluaga.

St. Aisyah RA mengatakan, bahwa Nabi Muhammad SAW bersabda, “Sesungguhnya sebesar-besarnya berkah nikah adalah yang sederhana belanjanya.” (HR. Ahmad).

St. Anas RA juga menceritakan, bahwa ia belum pernah melihat Rasulullah SAW mengadakan walimah resepsi untuk salah seorang putrinya. Akan tetapi, beliau SAW pernah mengadakan walimah untuk St. Zainab dengan menyembelih seekor domba.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dalam satu riwayat, Rasulullah SAW pernah mengundang walimah pernikahan sejumlah 300 orang, namun beliau SAW hanya menyuguhkan kue untuk konsumsinya, sebagaimana yang dikatakan oleh Sy. Anas bin Malik RA saat ia mengisahkan, setelah Rasulullah SAW menikah dengan St. Zainab, beliau SAW pergi ke rumah istrinya.

Sementara itu ibu Sy. Anas, yaitu St. Ummu Sulaim membuat kue yang diletakkannya dalam mangkuk untuk dihadiahkan kepada Rasulullah SAW.

“Wahai Anas, pergilah. Antarkan kue ini kepada Rasulullah SAW.” Perintah St. Ummu Sulaim. “Katakan bahwa ini sedikit kiriman dari ibu untuk beliau SAW, dan sampaikan salam ibu kepada beliau SAW.”

Sy. Anas segera mengantar kue itu kepada Rasulullah SAW seraya berkata, “Ibuku menyuruh aku mengantarkan kue yang dibuatnya sendiri untuk engkau, dan ia mengirimkan salam untuk engkau (Wahai Rasulullah SAW).”

Rasulullah SAW bersabda, “Letakkanlah di situ, setelah itu, pergilah kamu mengundang orang-orang untuk datang ke sini, si Fulan, si Fulan, si Fulan, beliau SAW menyebutkan beberapa nama, dan siapa saja yang bertemu denganmu.”

Lalu Sy. Anas pergi mengundang orang-orang yang disebutkan oleh Rasulullah SAW dan siapa saja yang ditemuinya.

Sy. Abu Utsman bertanya kepada Sy. Anas, “Berapa kira-kira jumlah undangan itu ?”

“Sekitar tiga ratus orang,” jawab Sy. Anas

Rasulullah SAW bersabda kepada Sy. Anas, “Bawalah kemari kue tadi.”

Sementara itu para tamu telah banyak yang datang, sehingga memenuhi ruangan dalam dan pelataran. Lantas Rasulullah SAW bersabda, “Buatlah kelompok-kelompok, setiap kelompok terdiri dari sepuluh orang dan menyantap hidangan yang ada di dekatnya.”

Para tamu pun menikmati (kue pemberian ibu Sy. Anas) sampai kenyang. Kelompok yang telah selesai makan lalu keluar ruangan dan digantikan dengan kelompok yang lain, sehingga semuanya tidak ada yang ketinggalan.

Setelah selesai, Rasulullah SAW bersabda, “Wahai Anas, angkatlah (sisa kuenya).”

Sy. Anas mengangkat sisa hidangan itu, seraya berkata, “Aku tidak tahu, apakah hidangan itu memang banyak ketika dihidangkan atau mungkin bertambah ketika kuangkat.” (HR. Muslim)

Di samping riwayat di atas ini menerangkan berapa jumlah undangan walimah yang pernah dilakukan oleh Rasululah SAW, juga menerangkan tentang mukjizat beliau SAW yang bisa memperbanyak makanan yang semula hanya cukup untuk satu dua orang, ternyata cukup dinikmati hingga 300 orang.

Dalam kisah yang lain, Sy. Anas RA menceritakan saat pernikahan Rasulullah SAW dengan St. Shafiyah binti Hayyi bin Akhthab. Di tengah perjalanan, St. Ummu Sulaim menyiapkan segala sesuatunya untuk beliau SAW.

Lantas Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang mempunyai suatu makanan, hendaklah membawanya kemari !”

Selanjutnya beliau SAW menghamparkan kulit untuk alas makanan. Selang beberapa waktu, ada orang yang membawa keju, ada yang membawa samin, dan ada yang membawa kurma. Kemudian mereka menyiapkan makanan seadanya untuk walimah. Mereka pun menikmati makanan yang tersedia, kemudian minum dari bejana penampung air hujan yang ada di samping mereka. Begitulah walimah yang pernah diadakan oleh Rasulullah SAW. (HR. Muslim).

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More