TIPS UNTUK PENCARI KEBENARAN
KOMPI (Komunitas Penanti Imam Mahdi).
-------
Sesungguhnya orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati, kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”. (QS. Al-Baqarah : 159-160).
Jangan merasa memiliki kebenaran.Karena yg merasa sudah memiliki kebenaran tidak akan memiliki lagi kebenaran saudaranya yang lain .Jadilah kalian pencinta kebenaran hingga kekasihmu sang kebenaran akan selalu menemuimu dan mengiringi disetiap jalan dan langkahmu dimanapun engkau berada ia selalu ada didekatmu .
(Imam Ali Alaihi Salam)
Seorang “pencari kebenaran” tidak akan berlagak seolah ia telah mendekap kebenaran dengan nafsu fanatik dan emosi tanpa dasar yang bisa dibuktikan sampai kebenaran itu dan tidak boleh merasa seakan kebenaran tidak bisa lepas dari pangkuannya.
Sejak kapan kebenaran itu bisa jadi cuma milik kita dan orang lain pasti tidak punya selain diri golongan ataupun keluargamu saja. Orang tua dan kakek nenek serta guru guru kita relatuv hanya memiliki sebagian dan tidak semuanya pasti benar sesuai ajaran para Nabi pembawa kebenaran.
Kakek nenek dan ortu serta guru guru kita bukan Nabi dan para Imam seperti Imam Mahdi utusan Allah penunjuk jalan yg sudah tau tanpa harus diberi tahu orang lain, walaupun mereka dimata kita adalah orang besar seperti para wali wali misalnya.Ini ujian kebenaran dan tidak boleh fanatik buta tanpa dasar al Quran dan logika berbagai bidang pendekatan ilmu alat lainnya.
Seorang pencari kebenaran itu tenang dan damai tidak main kekerasan logika kekuatan dan kekyasaan dan tidak anti dengan perbedaan.
justru semakin banyak perbedaan maka ia semakin penasaran dan serius dalam meneliti jalan pencariannya.
Seorang pencari itu tidak anti kritik, justru semakin banyak kritik maka semakin bersemangat ia melangkah berjalan diatas prinsip hakikat kebenaran.
Seorang pencari kebenaran itu tidak pengecut, ia tidak perlu takut kalah dan merasa salah jujur mengakui kalau ada yang menguliti keyakinannya.
Seorang pencari itu selalu menjunjung tinggi kebenaran bukan kebenaran harus diperturutkan dengan keinginan pikiran dan keyakinannya apapun alasannya.
Entah mengapa banyak di luar sana, orang mengaku pencari kebenaran tetapi bersikap tidak mau dikritik, tidak mau berdiskusi karena takut dikuliti keyakinannya, dan suka marah kalau keyakinannya diserang.
Please bro, jangan membuat malu nama “Pencari Kebenaran”. Pencari kebenaran itu berbeda dengan Pembela kebenaran seperti jagoan ksatria baja hitam misalnya.
Orang yang tujuannya mencari maka seyogianya menerima semua informasi data dan masukan untuk dipilah-pilah mana yang benar dan mana yang tidak benar .
Orang yang tujuannya mencari kebenaran seharusnya berterimakasih bukan marah-marah jika ditunjukkan lubang-lubang dalam keyakinannya walau itu di klaim tidak sesuai keyakinan kakek dan guru gurunya sekalipun.
Hai orang-orang beriman, jadilah kamu penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah, meskipun terhadap diri kamu sendiri, orangtua kamu, dan kerabatmu. Baik ia kaya atau miskin; Allah akan melindungi keduanya. Janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, supaya kamu tidak menyimpang. Jika kamu memutarbalikkan dan menyimpang dari keadilan, maka Allah Maha Tahu atas segala perbuatan kamu. (QS 4:13
Pembela kebenaran itu wajar suka marah atau sedikit-sedikit tersinggung ketika dikritik keyakinannya, Ia akan membela kebenaran dan apa yang ia anggap benar sekuat tenaga dengan cara apapun sampai titik darah penghabisan, tetapi bukan karena jahil dan fanatik buta ttp dengan iman ilmu dan kesadaran mempertahankan keyakinannya.
Apa yang ada dalam pikirannya yang ia yakini bisa keliru. Tidak ada kata haram utk jujur mengakui mereka bisa salah dalam keyakinannya.
Memang bagus kalau keyakinannya itu memang sudah pasti benar tetapi kalau hakikatnya ternyata keyakinannya itu keliru maka orang seperti ini tidak lain tidak merasa bahwa ia telah diperbudak oleh ego atas dasar mempertahankan kekeliruannya. Kita tidak mau jadi jahil dan bodoh seperti ini.
Saya pribadi tidak akan mau diperbudak seperti ini apalagi perbudakan yang dibungkus dengan baju “membela kebenaran”.
Lebih baik saya berkali-kali salah atau menyalahkan apa yang sebelumnya saya anggap benar kalau memang terbukti salah dibandingkan saya harus menanggung resiko membela mati-matian sesuatu yang hakikatnya salah.
Jadi “Pencari Kebenaran” itu bukan sekedar label, bukan gelar yang dibuat membanggakan, bukan atribut spesial. Itu adalah manhaj orang-orang yang senantiasa menggunakan Akal-nya. Orang-orang yang mendengarkan berbagai hujjah dan mengambil yang paling benar yang terbaik diantaranya.
Tidak masalah apapun mazhab dan agama anda. Silakan yakini apa yang menurut anda benar tetapi ingatlah jauh lebih penting anda belajar “bagaimana mencapai kebenaran” dibandingkan anda bersusah-susah [mati-matian] membela “apa yang anda anggap benar”.
Bukan berarti para pencari kebenaran tidak akan membela kebenaran, jangan salah paham, tetapi mereka tidak akan membela hegemony penindasan dan kezaliman diatas akal sehat dan membela fanatisme dengan kekerasan .
Mereka melakukan pembelaan karena cinta kepada kebenaran. Mereka tidak takut membela kebenaran jika kebenaran itu ada pada orang yang mereka benci. Mereka tidak takut menyalahkan apa yang sebelumnya mereka yakini dan anggap benar jika ternyata sudah jelas terbukti salah tidak sesuai logika ilmu.
Maka dari itu wahai para pencari kebenaran sebelum anda mempelajari aliran mazhab ini mazhab itu, sebelum anda menyibukkan mencari mazhab yang benar tolong sibukkan diri anda dengan mempelajari “bagaimana mencapai kebenaran”. Cuma dua hal yang anda perlukan “Logika yang benar” dan “Informasi yang benar”
Masalahnya sering saya lihat, mereka yang mengaku “pencari kebenaran” itu seolah sudah paham kedua hal tersebut padahal hakikatnya cuma berasa-rasa paham karena ikut ikutan tradisi sekelilingnya saja.
Berapa banyak dari mereka yang mempelajari ilmu tentang Berpikir yang benar?.
Berapa banyak dari mereka yang mempelajari ilmu tentang Berpikir yang salah?.
Berapa banyak dari mereka yang belajar ilmu Logika?.
Berapa banyak dari mereka yang belajar ilmu Epistemologi?.
Berapa banyak dari mereka yang bisa membedakan informasi yang benar [valid] dan informasi yang salah
Sesungguhnya diskusi dapat membantu kita menemukan kegunaan dari hal-hal yang awalnya kita anggap tidak berguna.
Para “pencari kebenaran” yang gemar berdiskusi dan dengan baik dan menjaga emosi hati disertai sikap ketulusan Akhlak dalam menjalaninya , mereka akan mendapatkan kebenaran yang berlipat-lipat dibandingkan “pencari kebenaran” yang hanya gemar membaca buku [kitab] tetapi tanpa menelitinya secara obyektiv.
Dalam diskusi itu sejatinya tidak ada menang dan kalah. Yang ada adalah siapa yang mendapat banyak perolehan, sedikit perolehan atau malah tidak ada perolehan.
Ketika mendiskusikan keyakinan, kita boleh saja gagal mempertahankan keyakinan kita dan tidak perlu marah-marah, rugi sekali. Renungkan perolehan apa yang kita dapatkan, apa yang membuat kita gagal mempertahankan keyakinan kita?.
Kalau kita mendapati kelemahan argumen dan cara berpikir kita maka bagaimana mengatasinya.
Ya perbaiki cara berpikirnya.
Kita kekurangan informasi dalam mempertahankan keyakinan kita maka bagaimana mendapatkan informasi tersebut. Ya perbanyak baca buku dan kitab untuk mencarinya.
Kita melihat dan memikirkan berulang-ulang bahwa kelemahan argumen kita tidak bisa diperbaiki dan informasi yang selama ini kita andalkan keliru, maka bukankah sudah saatnya memutuskan bahwa kita harus meninggalkan keyakinan tersebut dan beralih mencari mana yang benar.
Gunanya diskusi adalah Memberikan jalan apa yang harus kita lakukan selanjutnya. Jadi hal ini bukan soal semata-mata membela keyakinan tetapi untuk alat standard menguji dan menguatkan keyakinan kita.
Apakah kita memiliki logika yang mantap dan apakah informasi yang selama ini kita andalkan sudah benar (valid) . Diskusi akan menunjukkan kemiskinan logika dan kemiskinan informasi yang kita miliki.
Sayangnya kebanyakan orang selesai diskusi sambil marah-marah lagi terus ditinggal tidur karena kesal dan lupakan, “ Baik kali ini saya kalah besok bakal balas menang”. Mana ada gunanya diskusi seperti itu.
Kemiskinan “logika yang mantap” dan kemiskinan “informasi yang benar [valid]” tidak jarang diiringi dengan kekayaaan “emosi yang berlebihan”. Akibatnya sering kita lihat dalam diskusi orang yang suka marah-marah menghina ini itu ketika dikuliti argumennya. Ini kebiasaan buruk yang harus diubah.
Tidak ada gunanya marah-marah, ngambek, emosian, lompat-lompat koprol dan sebagainya. Hal itu tidak akan membuat keyakinan anda benar. Justru hal itu akan menjadi penghalang bagi anda untuk melihat secara objektif.
Mengapa banyak orang emosi gara-gara ada Cewek cantik salah mengartikan omongannya dan bisa kok ketawa, serius saya masih bisa objektif melihat kalau sekedar salah itu mudah sekali dikoreksi
Karena watak orang-orang yang suka mencaci dan menghina itu tidak mudah diperbaiki. Intinya orang yang berdiskusi dengan baik akan mendapatkan bonus “emosinya dan egojadi terkontrol dan terlatih”.
Orang yang asal-asalan diskusi bisa diajarkan cara berdiskusi dengan baik. Orang yang diskusi pakai emosian bisa dilatih untuk mengontrol emosinya. Nah yang paling susah itu menghadapi orang yang takut berdiskusi. Ya tidak bisa diapa-apain lagi , diajak diskusi saja tidak bisa. Mengapa kita harus takut berdiskusi?. Biasanya bisikan-bisikan kegelapan bermain dengan hebatnya dengan ego dan kefanatikan nafsu.
Jangan diskusi dengannya nanti kamu bakal terkena syubhat.
Jangan diskusi dengannya nanti kamu bakal tersesat.
Jangan diskusi dengannya karena dia itu orang sesat.
Jangan diskusi dengannya karena kamu belum mampu.
Jangan diskusi dengannya nanti hasilnya cuma marah-marah, emosian dan memutuskan tali silaturahmi.
Biasanya orang yang hatinya dipenuhi dengan bisikan-bisikan seperti ini adalah mereka yang tidak sadar hidup dalam “perbudakan tradisi keyakinan yang tidak memiliki dasar yg kuat argumentasinya”. Kami berlindung kepada Allah SWT dari bisikan-bisikan kegelapan.
Tetapi ada juga sebagian kecil Orang yang takut atau tidak suka diskusi adalah manusia langka yang sudah bertahun-tahun di jalan yang lurus mengasingkan diri dari perkara duniawi dan fokus pada kehidupan setelah mati.
Orang-orang ini takut menyisihkan waktunya untuk berdiskusi yang dapat memancing keributan lawan diskusinya. Daripada bikin orang emosi lebih baik beribadah dan hidup tenang. Ya kalau ini kan kualitas orangnya memang lain jadi no komenlah terserah anda menilainya.
Akhir kata, jadilah “orang yang memaklumi”. Harap maklum kalau anda melihat masih banyak saudara, teman atau kenalan yang sok sok “pencari kebenaran” tetapi bergaya “pembela kebenaran”.
Harap maklum kalau anda melihat masih banyak saudara, teman atau kenalan yang suka emosian kalau diskusi soal keyakinan. Harap maklum kalau anda melihat diri anda ternyata tidak jauh berbeda dengan mereka. Dan yang paling penting, Harap maklum kalau anda melihat saya ini cuma banyak bicara. Mari lupakan apa yang saya bicarakan dan lebih baik kita “tidur panjang”.
Karena itu ajaklah beriman dan sabarlah sebagaimana diperintahkan kepadamu, dan janganlah ikuti hawa nafsu mereka, tapi katakanlah, “Aku beriman pada apa yang diturunkan Allah tentang Kitab dan aku diperintahkan berbuat adil di antara kamu. Allah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami perbuatan kami dan bagimu perbuatan kamu; tak perlu ada pertikaian antara kami dengan kamu. Allah akan menghimpun kita semua, dan kepada-Nya kita kembali.” (QS 42:15).
Salam Damaifan Salam Persatuan. Semoga Allah menjadikan kita semua cinta dan berkorban diatas jalan org yg lurus tulus Adil dan benar....Amin
0 komentar:
Posting Komentar