Jumat, 08 Maret 2019

Kisah Imam Ali dan Malaikat Jibril

Kisah Imam Ali dan Malaikat  Jibril

Sayyidina Ali bin Abi Thalib kwh. pulang ke rumahnya selepas silaturahim kepada Rasulullah.

Di rumah itu Ali melihat Sayyidah Fathimah istrinya , sedang duduk memintal, sementara Salman al-Farisi berada di hadapannya tengah menggelar wol.

“Wahai perempuan mulia, adakah makanan yang bisa kau berikan kepada suamimu ini?” tanya Ali kepada istrinya.

“Demi Allah, aku tidak mempunyai apapun. Hanya enam dirham ini, ongkos dari Salman karena aku telah memintal wol,” jawabnya. “Uang ini inginnya aku belikan makanan untuk (anak kita) Hasan dan Husain.”

“Bawa kemari uang itu.” Fathimah istri yang taat segera memberikan uang tersebut dan Ali pun keluar untuk membeli makanan Al Hasan dan Al Husein.

Di pasar ia bertemu seorang laki-laki yang berdiri sambil berujar, “Siapa yang ingin memberikan hutang (karena) Allah Yang Maha Menguasai dan Mencukupi?” Sayyidina Ali mendekat dan langsung memberikan enam dirham di tangannya kepada lelaki tersebut.

Fatimah terkejut saat mengetahui suaminya pulang dengan tangan kosong tanpa makanan. Sayyidina Ali menjelaskan peristiwa kemana perginya uang enam dirham tersebut secara apa adanya.

“Baiklah,” kata Fathimah, tanda bahwa ia menerima dan mendukung keputusan dan tindakan suaminya yang ia tahu ilmu dan keimanannya ini

Sayyidina Ali bergegas keluar. Kali ini ia pertama ingin mengunjungi Rasulullah saw . Di tengah jalan seorang Badui yang sedang menuntun unta menyapanya. “Hai Ali, belilah unta ini dariku.”
”Aku sudah tak punya uang sepeser pun.”
“Ah, kau bisa bayar nanti.”
“Berapa?”
“Seratus dirham.”

Sayyidina Ali sepakat membeli unta itu meskipun dengan cara hutang. Sesaat kemudian setelah berpisah, tanpa disangka, sepupu Nabi ini dijalan berjumpa dengan orang Badui lainnya.

“Apakah unta ini kau jual?”
“Benar,” jawab Ali.
“Berapa?”
“Tiga ratus dirham.”

Si Badui membayarnya kontan, dan unta pun sah menjadi tunggangan barunya. Ali segera pulang kepada istrinya. Wajah Fatimah kali ini tampak berseri gembira mendengar penjelasan Sayyidina Ali atas kejadian yang baru saja dialami.


Ali bertekad menghadap Rasulullah saw. Saat kaki beliau memasuki pintu masjid, sambutan hangat langsung datang dari Rasulullah. Nabi melempar senyum dan salam, lalu bertanya, “Hai Ali, kau yang akan memberiku kabar, atau aku yang akan memberimu kabar?”

“Sebaiknya Engkau, ya Rasulullah, yang memberi kabar kepadaku.”

“Tahukah kamu, siapa orang Badui yang menjual unta kepadamu dan orang Badui yang membeli unta darimu?”

“Allah dan Rasul-Nya tentu lebih tahu,” sahut Ali memasrahkan jawaban.

“Sangat beruntung kau, wahai Ali. Kau telah memberi pinjaman karena Allah sebesar enam dirham, dan Allah pun telah memberimu tiga ratus dirham, 50 kali lipat dari tiap dirham. Badui yang pertama adalah malaikat Jibril, sedangkan Badui yang kedua adalah malaikat Israfil (dalam riwayat lain, malaikat Mikail).”

Kisah yang bisa kita baca dari kitab al-Aqthaf ad-Daniyah ini menggambarkan betapa ketulusan Ali dalam menolong sesama telah membuahkan balasan berlipat, bahkan dengan cara dan hasil…
Amalan bulan Rajab

Malam Jum’at pertama di bulan Rajab adalah malam Ragha’ib atau malam anugrah. Pada malam Ragha’ib semua Malaikat berkumpul di Ka’bah dan sekitarnya untuk memohonkan ampunan dosa-dosa manusia dan menyampaikan hajat mereka kepada Allah Swt. Maka beruntunglah orang yang memanfaatkan malam Ragha’ib ini untuk memohon ampun kepada Allah dari dosa-dosa besar dan kecil serta menyampaikan hajat kita kepada Allah Swt.

    Rasulullah saw bersabda: “Tidak seorang pun yang berpuasa pada hari Kamis pertama di bulan Rajab, kemudian ia mengamalkan shalat sunah antara shalat Maghrib dan Isya’...,kecuali Allah mengampuni semua dosanya sekalipun dosanya sebanyak buih dilautan,dan pada hari kiamat kelak ia akan diberi izin oleh Allah Swt untuk memberi syafaat kepada tujuh ratus orang dari keluarganya yang seharusnya masuk neraka (Al-Wasa’il juz.8.Hal:98. Hadits ke-10172).

    Allamah Al-Majlisi meriwayatkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Allah akan mengampuni dosa-dosa orang yang mengamalkan shalat sunnah pada malam Ragha’ib. Sehingga kelak sesudah ia meninggal dunia dan pada malam pertama ia dikuburkan,Allah akan mengirimkan pahala shalat ini dalam wujud mahluk yang wajahnya sangat indah dan lisannya sangat fasih,lalu mahluk itu berkata; “Wahai kekasihku berbahagialah! Aku akan menyelamatkanmu dari segala yang menakutkan”. Ia bertanya; “Siapakah kamu ini, aku belum pernah meliahat wajah seindah wajahmu, aku tidak pernah  mendengar ucapan sefasih ucapanmu dan aku tidak pernah mencium aroma sewangi aromamu..?”. Mahluk itu menjawab: “Wahai kekasihku,aku adalah pahala shalat yang kamu lakukan di malam itu.., dinegeri itu..,dibulan itu dan ditahun itu..  Aku datang pada malam ini untuk menunaikan hakmu,menghibur kesendirianmu dan menghilangkan kesepihanmu.Jika hari kiamat terjadi nanti, aku akan menaungimu diatas kepalamu.Berbahagilah karena engkau tidak akan pernah kehilangan kebaikan selamanya” (Mafatikh Al-Jinan.Bab:2.Fashal.1

Cara shalat sunnah Ragha’ib

Diawali dengan melakukan puasa dihari Kamisnya yakni hari Kamis pertama dibulan Rajab. Baru kemudian melakukan shalat  sunnah Ragha’ib yang dilakukan diatara shalat Maghrib dan Isya’. Shalat sunnah Ragha’ib terdiri dari  12 rakaat  dengan enam kali Salam (dua rakaat dua rakaat). Setiap rakaat setelah Fatikhah membaca surat al-Qadr 3x dan surat Al-Ikhlas 12x. Setelah selesai shalat lalu membaca: (70x)
اللهم صل على محمد النبي الأمى وعلى آله

Kemudian sujud (diluar shalat) sambil membaca: (70x)
سبوح قدوس رب الملائكة والروح


Sesudah sujud kemudia duduk dan membaca: (70x)
رب اغفر وارحم وتجاوز عما تعلم انك أنت العلي الأعظم

Kemudian sujud kembali dan membaca Shalawat seperti dalam sujud yang pertama. Kemudian – masih tetap dalam keadaan sujud – sampaikan hajat Anda kepada Allah.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More