Senin, 11 Maret 2019

REFLEKSI PENYADARAN DIRI.

REFLEKSI PENYADARAN DIRI.

PRIBUMI (ANAK BANGSA YANG ASLI) YANG SUDAH SADAR JANGANLAH DIAM SAJA...
(Ayo Copas dan Share biar sampai ke Ujung Dunia sana...)

SEBAGAI INPIRASI DAN RENUNGAN SEMUA ANAK BANGSA

EMPAT TAHAPAN MENUJU INDONESIA BUBAR 2030

Catatan Buyung Tanjung

Saya termasuk orang yang menyakini Indonesia bubar 2030. Kata bubar disini bukan berarti punahnya NKRI. NKRI mungkin malah akan jaya tetapi sebagaimana yg Cak Nun – pernah katakan, bahwa saat itu bangsa Indonesia asli (pribumi) cuma jadi jongos dan kehilangan kendali atas Indonesia. Saat itulah  Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) bermetamorfosis jadi Negara Korporasi Indocina. Peringatan Prabowo itu mengingatkan pada proses kolonisasi Cina atas Singapura.

Kolonisasi Indonesia oleh Cina bukan suatu hal yang mustahil. Proses menuju itu bisa dilihat dari empat tahapan.

Tahapan pertama yakni, dominasi ekonomi. Tahapan ini  telah mereka lewati dengan sukses. Mereka sudah  menguasai 85 % sector ekonomi. Hulu dan Hilir. Sudah tidak ada lagi sector yang tidak mereka rambah dan kuasai. Mulai dari bisnis perbankan, bisnis property, pabrikan, perhotelan, ekspor-impor, otomotif, perkebunan, kehutanan, pertambangan,  media massa,  hingga ke hal yang paling mendasar dan strategis, yakni jadi agen, pedagang menengah, eceran  dan distributor serta eksportir dan importir kebutuhan  sembako, seperti minyak makan, beras, gula, garam, bawang putih dan merah dll.

Tahapan kedua yakni penguasan tanah. Oleh sebuah badan dunia, sebagaimana yang dikutip oleh Amien Rais, saat ini tanah negeri ini mulai dari hutan dan lahan pertanian serta pertambangan 74 % dikuasai mereka. Artinya apa, bahwa negeri ini sudah kehilangan kedulatan atas sumber daya alamnya.

Tahapan Ketiga yakni demografi. Beberapa tahun belakangan ini  populasi  orang cina melonjak pesat di sejumlah kota besar Indonesia,  seperti Medan, Jakarta, Surabaya, Bali, Semarang, Bandung, Menado,  Pekan Baru dan Kepulauan Riau. Pesatnya pertumbuhan mereka ditengarai selain  melalui angka kelahiran mereka yg memang  tidak dibatasi pemerintah -- diduga masuk  melalui  gelombang imigran gelap setiap tahunnya. Atau  memanfaatkan kebijakan pemerintah yg mempermudah masuknya tenaga kerja dari cina yg dikaitkan dengan banyaknya investasi dan proyek RRC saat ini di Indonesia.

Politik demografi ini terlihat menjamurnya pemukiman2 yang diduga diperuntukkan untuk imigran cina di berbagai kota saat ini. Para pengembang cina sedang giat2nya membangun kota baru buat hunia mereka. Pesatnya pertumbuhan orang2 cina di negeri ini berbanding lurus dengan keberhasilan mereka memiliki dan menguasai lahan hunian yang makin hari makin luas. Baik karena dibeli dengan harga yang menggiurkan dari pribumi maupun dengan cara-cara mafia, seperti penggusuran pribumi secara paksa ala Kali Jodo, Kampung Pulo dan Luar Batang dan Pasar Ikan Jakarta, maupun perampasan tanah negara seperti perampasan tanah PT KAI seluas 8,5 hektar di Medan yang sekarang berdiri megah gedung point center. Belum lagi kasus dugaan  pengalihan fungsi ribuan hectare lahan perkebunan negara menjadi permuhaman mahal  di pinggiran kota Medan

Kalau dulu orang2 cina terkonsentrasi di inti  kota untuk berbinis—sehingga pribumi tersingkir ke pinggiran—saat ini seiring dengan semakin meledaknya jumlah populasi mereka—mereka sudah pula menguasai lahan hunian di pinggiran.  Meningkatnya jumlah populasi dan penguasan mereka akan wilayah, akan mempengaruhi politik demografi. Kalau hari ini mereka baru tahap menguasai wilayah, tidak lama lagi karena komposisi penduduk dan luasnya wilayah yang mereka miliki, mereka akan segera jadi penguasa wilayah tersebut.  Apakah jadi gubernur, walikota  sebagai sebagamana terjadi pada DKI, Kalimantan Barat, Bangka Belitung dan nyaris Medan.

“Kolonialisasi” cina memang lebih halus dibanding dengan Belanda.  Tapi sesungguhnya mereka lebih licik.   Menurut amatan  saya, melalui gelombang populasi itu, saat ini mereka sedang mengembangkan doktrin penjajahan sipil atas Indonesia. Bila  Belanda membawa bedil (tentera) untuk mengkoloni Indonesia. Cina tidak memerlukan bedil untuk mengukuhkan hegomoni politiknyanya di Indonesia— dengan uangnya yang banyak mereka dengan mudahnya bisa “membeli” oknum2 bersenjata bahkan pemimpin negeri utk mengamankan  kepentingan mereka. 

Sekarang  cina2 itu sedang memasuki tahapan keempat. Yakni tahapan politik. Pasca reformasi orang-orang cina mulai memasuki dunia politik. Hasrat memasuki dunia politik ini terkait dengan kesuksesan mereka menguasai ekonomi. Kelimpahan ekonomi itu telah melahirkan  kelompok cina terpelajar. Kelompok ini lah yang mendorong kesadaran politik orang-orang cina  untuk ikut ambil bagian  dalam kekuasaaan.

Dengan uangnya yang banyak dan penguasaan media yang luas, baik koran maupun televise -- politisi2 cina  relative cepat melesat popular. Dalam konteks inilah Ahok muncul dan hadir sebagai syimbol pemersatu dan  kebangkitan politik cina di Indonesia. Target para politisi cina itu menurut dugaan saya tadinya bukan cuma mendudukkan Ahok Gubernur DKI, tapi menjadikan Ahok jadi RI -1.   Karena itulah sosok Ahok dipoles sedemikian rupa sebagai Mr. Clean. Anti korupsi. Walaupun kenyataannya Ahok diduga terlibat korupsi sumber waras.

 Alhamdulilah, mulut najis Ahok keseleo. Ahok kalah dan “masuk” makobrimob.
Namun hilangnya kesempatan Ahok tidak otomatis mematahkan ambisi Cina melanjutkan rencana mereka mengujudkan doktrin penajajahan sipil mereka atas negeri ini. Tidak.

Melalui politik populasi, saya memperkirakan, kalau pemerintahan Jokowi tidak segera mengeluarkan regulasi membatasi jumlah keberadaan orang cina di Indonesia – kalau pemerintah tidak segera melakukan kebijakan merazia dan memulangkan imigran gelap yg masuk ke Indonesia – kalau pemerintah masih ngoyo dan ngeyel mempermudah masuknya tenaga kerja cina yg tidak dibatasi masa tinggalnya – saya memperkirakan pasca pilpres 2019 negeri ini akan dibanjiri bangsa cina. Jumlah mereka bisa lebih banyak atau menyamai jumlah pribumi.

Target mereka ialah memenangkan capres dari kalangan bangsa mereka sendiri pada Pilpres 2024 dan seterusnya.

Jadi pantaslah seeorang Prabowo mencemaskan bahwa Indonesia  akan bubar 2030. Saya pikir apa yang dicemaskan oleh Prabowo adalah juga kecemasan kita. Kecemasan ratusan juta anak bangsa.

Semua tentunya terpulang kepada kesadaran para pribumi. “kami sudah kerjakan apa yang bisa kami kerjakan. Sekarang kaulah yang tentukan arti nilai tulang tulang berserakan”…..ucap Khairil Anwar. Apakah kemerdekaan yang ditebus oleh pendahulu2 kita dengan mengorbankan nyawa dan darah akan kita biarkan dirampas mereka ?

Wallahu a'lam bisshowab.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More